Inilah Cerita Hati Adirai (Season 2) Bunga yang Gugur
Pada episode sebelumnya diceritakan seorang gadis bernama Mita yang hari-harinya disibukkan dengan menjaga Willy sang pujaan hati yang terbaring di rumah sakit karena menderita kanker. Setiap kali akan ke rumah sakit, Mita selalu bertanya pada Willy ingin dibawakan apa. Seperti kali ini, Mita sudah menyiapkan cheese cake kesukaan Willy dan bergegas ke rumah sakit.
Mita sudah menyelesaikan semuanya dan bergegas berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di sana ia menghela nafas panjang. Setiap hari dalam sebulan ini, Mita terus ke tempat ini untuk menjaga Willy. Namun ia selalu bahagia dan berharap Willy segera pulih walau kemungkinan nya kecil.
Mita masuk ke kamar nomor 123, tempat Willy dirawat. “Hai.., Willy.” Sembari membuka pintu yang di seberangnya tempat Willy berbaring. Seketika Mita melihat beberapa sepupu Willy ada di sana. Ayah Willy berada di sampingnya hingga menutupi tubuh Willy. Beberapa dokter dan perawat juga ada di situ. Selang oksigen Willy pun sudah dilepas. Ibu Willy berlari ke arah Mita dan memeluknya dengan tangisan.
Mita terkejut. Mita mengira Willy telah sembuh karena selang oksigennya telah dilepas. Namun perkataan ibunya Willy membuat Mita seperti disambar petir. “Willy sudah pergi nak Mita. Willy sudah tidak bersama kita lagi.” Ucap ibu Willy dengan tangisan yang tak terbendung.
“Bu…, gak mungkin kan? Willy tadi pagi baru nelepon Mita untuk dibawakan cheese cake Bu. Ibu becanda kan Bu?” Willy udah sembuh, tapi Ibu ngerjain Mita kan?” Mita masih tidak percaya dengan ucapan ibu Willy. Sampai akhirnya Mita mendatangi ranjang Willy. Wajah tampan Willy yang biasanya berkulit sawo matang kini sudah pucat, matanya yang biasanya saat Mita datang menatap dengan hangat kini tertutup rapat dan tangannya yang selalu menggenggam tangan Mita kini sudah kaku tak bergerak.
Seketika, tangisan Mita pecah dengan air mata yang bercucuran. Mita memeluk Willy dan menangis sejadi-jadinya. “Sayang… aku udah bawain cheese cake kesukaan kamu nih, ayo bangun kita makan. Aku cape loh buatnya masa gak kamu makan.” Mita mengelus wajah pucat Willy.
Esoknya, Willy dikuburkan, kini Mita pulang ke rumahnya tanpa notif apapun dari Willy saat dia sudah sampai rumah. Mita menangis sendirian di kamarnya dengan foto Willy yang ada di tangannya. Kini, Willy memang sudah sembuh namun Mita yang sekarang sedang terlarut dalam kesedihan ditinggalkan oleh sosok yang sangat amat berharga untuknya. Mita kehilangan semangatnya.
Sudah sebulan kepergian Willy namun Mita masih belum menemukan semangatnya. Datangnya malam terasa menyiksa. Tak pernah Mita bisa melewati malam dengan baik. Kopi menjadi teman sejati baginya untuk menahan kantuk. Memandangi foto-foro Willy di dalam galeri hp-nya menjadii rutinitas yang tak bisa ditinggalkannya. Bahkan seringkali ia berbicara dan tertawa sendiri. “Willy… beruangku, kau tau? Cheese cake yang kemarin aku bawa jadinya Aku makan sendiri. Kamu jahat, kamu ga mau makan, kamu tidur terus… nyuekin Aku.” Tak lama, Mita kembali menangis. Setiap harinya Mita hanya menangis dan meratapi kepergian Willy.
Apakah Mita bisa keluar dari derita yang dirasakannya. Mampukah ia menemukan semangatnya yang hilang? Yuk..., kita tunggu kisah selanjutnya. Salam dari Cinta.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya. Sukses selalu.Salam literasi
Alhamdulillah. Terima kasih...Pak Guru. Salam literasi dari Medan. Semoga Pak Guru sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.
Cerita yang menarik
Alhamdulillah. Terima kasih untuk apresiasinya, Bu. Semoga sehat, bahagia dan sukses selalu. Batakallah.
Wah, makin mantab ceritanya uthi.
Alhamdulillah. Kelihatannya Cinta sudah terbiasa menulis. Terima kasih Lia. Barakallah.
Luar biasa, keren banget Bunda. Salam kenal dari saya.
Alhamdulillah, bahagia sekali rasanya dikunjungi bunda Sri Lisnaningsih. Bertambah teman juga saudara. Terima kasih, Bunda. Salam kenal dan salam literasi dari Medan. Semoga Bunda sehat dan bahagia selalu. Barakallah.