Masih belum tengah hari saat melewati sebuah sekolah SMP Negeri yang tak jauh dari kompleks tempat tinggal kami, namun lalu lintas di depan sekolah tersebut sudah padat dan macet. Biasanya sekitar pukul setengah dua saat sekolah bubar situasi macet baru terjadi.

Kuperhatikan gerombolan siswa yang ramai keluar dari gerbang sekolah dan sebagian sudah berada di luar. Mereka tidak berpakaian seragam putih biru. Pakaian yang mereka kenakan memang bernuansa putih namun dengan model yang beraneka ragam. Baik siswa maupun siswinya. Setelah mengamati, akhirnya Aku dapat menebak kalau saat itu mereka melaksanakan perayaan Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW 1445H. Itu pula sebabnya mereka pulang awal.

Sambil berlalu di depan mereka dan memperhatikan model pakaian yang beraneka ragam meski warnanya sama yaitu putih, Aku sempat berpikir bahwa dari pakaian yang mereka kenakan dapat mencerminkan siapa ibu mereka. Anak seusia mereka masih kuat pengaruh sang ibu dalam memilihkan pakaian anaknya.

Aku melihat semua pakaian yang mereka kenakan bagus-bagus. Namun, pilihan modelnya yang berbeda. Dari sini tercermin sentuhan tangan seorang ibu. Terlihat jelas ada yang benar-benar syar’i, berpakaian menurut aturan agama, ada yang sekadar menutup kepala saja karena kebetulan acara keagamaan tak ketinggalan ada dengan mode terbaru. Begitu pun anak laki-laki, ada yang mengenakan gamis, baju koko, kemeja, hingga t-shirt.

Sungguh seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Dari ibu seorang anak belajar bertutur kata dan bersikap. Ibu pula yang mewarnai cara berpakaian anak.

#edisikuatkanhati147#

#ibumadrasahpertamaanak#

#ibuteladananak#

#membacamenambahilmumenulismengikatilmu#

Perisai Pribumi, Baiti Jannati, 07 Maret 2024