PPK yang Terselip di Balik Stik Es Krim
“Plok...plok...,” terdengar suara telapak tangan yang ditepukkan ke lantai. Hembusan angin yang muncul akibat tepukan itu, membuat stik es krim yang ada di lantai bergerak menuju ke arah stik lain yang bertebaran di lantai.
“Horeee...” spontan teriakan meluncur dari salah seorang anak yang stiknya berhasil bergerak menimpa stik lawan bermainnya.
Kulihat adegan tersebut di pelataran sekolah. Ada lebih 5 anak berseragam SMP di situ. Dari tampilan postur tubuh dan wajahnya, kutebak mereka kelas 7.
Tetiba, “Jangan kayak gitu la..wee. Sekarang kan giliran aku,” kudengar suara dengan logat anak Medan. Meski sedikit ngegas, tapi aku suka mendengarnya. Koq suka?
Karena Aku merasa ada pesan tersirat di situ sehingga mampu menghentikan langkahku. Kuamati permainan mereka.
“Main apa ini namanya, nak?” tanyaku pada mereka sambil mendokumentasikan aksi mereka. “Tepuk stik, Bu,” jawab salah seorang dari mereka dan seakan sadar kamera ia pun memperbaiki posisi tubuhnya yang ngelesot di lantai.
Mereka terlihat sangat asyik dengan permainan itu. “Ini pertanda baik,” batinku. Daripada mereka larut dalam game online yang semakin menjamur.
Tidak diketahui dari mana asal permainan ini. Namun aku sudah melihatnya beberapa tahun belakangan di Kota Medan.
Ketika kutanya siswa yang duduk di kelas 12, mereka bilang sewaktu di SD mereka sudah bermain seperti itu. “Sewaktu kalian TK, apakah sudah ada?” tambahku pula. “Kayaknya belum ada, Bu?” mereka sepakat dengan jawaban itu. “Kita simpulkan berarti permainan ini ada sekitar 11 tahunan la yaa,” aku mencoba menyimpulkan. Ntah siapa pula yang menciptakan permainan ini. Yang jelas saat ini di Medan, anak-anak riang memainkannya.
Lama juga aku asyik mengamati mereka bermain. Sesekali kudengar mereka berdebat karena merasa ada yang curang. Namun bisa berdamai kembali.
Dalam pengamatanku ada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terselip di dalam aktivitas bermain ini.
Pertama, interaksi sosial yang terjadi di antara mereka sangat baik bagi pertumbuhan mentalnya. Mereka belajar bersikap dengan baik jika berada di dalam satu komunitas. Menghargai orang lain, tidak boleh merasa paling benar. Jika itu terjadi, permainan bisa saja bubar.
Kedua, keharusan menunggu giliran akan tumbuhkan budaya antri di dalam diri. Bahwa tiap orang harus disiplin dan patuh terhadap rambu-rambu yang sudah ditetapkan.
Ketiga, dalam permainan harus jujur. Jika tidak, permainan tidak dapat diteruskan karena akan ada yang merasa dirugikan. Pasti ada yang keberatan. Tentu saja sifat ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dimana orang yang jujur akan selalu dipercaya oleh orang lain.
Keempat, adanya daya kompetisi yang akan menumbuhkan motivasi untuk selalu berusaha guna mencapai tujuan.
Kelima, memunculkan ide-ide dan daya pikir sehingga menemukan teknik yang tepat untuk memenangkan pertandingan.
Keenam, memberdayakan barang-barang bekas menjadi alat permainan yang mengasyikkan.
Ketujuh, yang paling penting mereka terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang tanpa sadar akan menumbuhkan rasa setia kawan dan menyadari bahwa kebersamaan adalah segala-galanya.
Untuk semua itu, tak kalah pentingnya bahwa kita harus bisa menyediakan tempat bermain bagi mereka dengan situasi dan kondisi yang ramah anak.
Sesungguhnya PPK dapat kita selipkan dalam banyak permainan anak, seperti pada stik es krim ini salah satu contohnya.
Wallahu a’lam bishowab
#edisipermainansaratppk#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 19 Oktober 2019

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah...tulisan yang sarat makna, pendidikan moral dan karakter. Terimakasih Bunda Rai untuk tulisannya yang selalu mengisnpirasi. Semoga menjadi amal jariyah. Barakallah Bun
PPK yang terselip dalam permainan anak-anak, Bu Guru. Ini jauh lebih baik daripada mereka berkutat asyik dengan gawainya. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.
Masya Allah, kakak nih jeli kali melihat siswa dan selalu saja ide Kakak muncul. Setuju Kak permainan anak seperti itu membentuk karakter yang baik untuk anak. Jadi ingat main congklak yah Kak, hehehe. Teruntai doa untuk Kakakku tercinta agar tercurah rahmat Allah untuk kesehatan dan barakallahu fiik
Melihat mereka bermain, hati ini gembira banget, Deq. Interaksi yang terjadi diantara mereka menjadi proses pembelajaran dan pengalaman yang baik bagi pertumbuhan mental mereka. Itu sebabnya Kakak sempat berlama-lama melihat mereka bermain. Sangat jarang ada anak yang bermain dengan kawan-kawannya. Sekarangbini, permainan didominasi dengan game online. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Deqquuu.
Wow bun, selalu inspiratif dan menggali hal-hal baru di sekitar. Bunda Rai memang paling bisa. MasyaAllah luar biasa. Salam hormat, sehat dan sukses selalu bunda. Barakallah.
Alhamdulillah, rasa bahagia melihat mereka bermain (tidak memegang gawai melulu) mendatangkn inspirasi. Jazakillah khoor untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bunda Rita.
Seingat Mbah Buya mainan ini mulai marak di sekolah-sekolah sejak lima tahun yang lalu. Anak TK mainannya pun seperti itu. Barakalkah sehat selalu Mbah Uthi
Betul, Mbah Buya. Anak SMP pun masih banyak yang memainkannya. Jazakallah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Mbah Buya.
inspiratif banget...
Alhamdulillah wa jazakillah Bu Zulrahmini. Saya merasa ada PPK yang terselip di situ. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bu Zulrahmini.
inspiratif banget...
Barakallah..., Bu.