Charlene Atika Neum Air, gadis berdarah campuran Jerman dan Jawa ini, duduk di kelas IX-3 SMP Budisatrya Medan. Memperkuat gerakan literasi di sekolah (GLS), Charlene bertutur tentang sahabat-sahabatnya. Semoga tulisan ini menjadi pemantik semangat literasi. Yuk..., kita simak ceritanya.

Sahabat

Oleh : Charlene Atika Neum Air

Awal masuk SMP aku pernah berpikir seperti ini : "Kira-kira aku akan mendapatkan  sahabat di kelas baruku atau tidak yaa..?". Aku bersekolah di SMP Budisatrya Medan, namaku Charlene Atika.  Sejak Corona menyerang negeri tercinta, sekolah diliburkan dan pembelajaran dilaksanakan dari rumah atau daring. 

Meski pembelajaran jarak jauh, sambil belajar aku mencoba untuk berkenalan dengan teman sekelasku. Aku menemukan dua teman yg menurutku cocok denganku. Mereka adalah Nadia dan Rarissa. Kami pun mulai mengobrol dengan cara chatingan. Banyak hal yang kami obrolkan. Apakah tentang pelajaran ataupun hal-hal keseharian lainnya. Ternyata ngobrol dengan mereka asyik, lucu dan menyenangkan.

Tak terasa kami sudah mulai sekolah offline. Namun di kelas nyata, kami terpisah karena sesi yang berbeda. Pada kelas nyata, siswa-siswa dibagi menjadi dua sesi agar protokol kesehatan tetap terlaksana. Aku masuk pada gelombang pertama sedangkan teman-temanku pada gelombang 2. 

Ada rasa takut saat pertama kali memasuki kelas offline. Namun akhirnya aku juga mendapatkan teman di sesi satu ini. Kupikir, mendapatkan teman atau tidak, itu tergantung pada diri kita sendiri. Jika kita terbuka dan mau bergaul maka kita akan mendapatkan teman.

Kelas offline terus saja  berjalan. Awalnya fine-fine saja, namun lama kelamaan ada rasa cemburu melihat Nadia dan Rarissa bisa selalu berdua, sementara Aku terpisah sendiri di sesi 1.

Beberapa bulan kemudian  temanku Rarissa pindah ke luar kota. Aku dan Nadia merasa sedih dan kehilangan. Tetapi pertemanan kami tidak terputus. Kami tetap berkomunikasi lewat wa.

Corona sudah mulai mereda dan sekolah pun tidak menggunakan sesi lagi tapi tetap mengikuti protokol kesehatan. Aku pun mengenalkan Nadia kepada teman satu sesi yaitu  Diandra dan Kesya. Kami pun mulai mengobrol, saling membantu dan saling mendukung.

Di kelas VIII, kami kedatangan murid baru namanya Walisa. Ternyata, Walisa teman SD ku. Aku dan Walisa sudah lama berteman dari kelas 1-6 SD . Sekarang kami dipersatukan lagi. Walisa mulai mengenalkan dirinya ke teman-temanku. Kami pun mulai akrab satu sama lain.

Sekarang, kami sudah duduk di kelas IX-3. Kami membuat nama pertemanan. Yaah.., kami sepakat dengan nama Redpelpet.  Hahaha..., lucu sih. Tapi redpelpet itu memiliki arti. Ada girl band dari Korea Selatan namanya Red Velvet. Aku dan teman-temanku sangat suka sama Kpop. Namun kami tidak mau namanya sama, supaya tidak terlihat copy pastenya. Hahaha. 

Pertemanan kami tetap berjalan sampai sekarang. Semoga begitu seterusnya. Tapi aku harus mengalah karna Walisa duduk sama Nadia. Aku duduk sama teman baruku yaitu Ayu. Dia baik, pintar, mau membantuku juga. Tapi aku tidak akan melupakan Redpelpet. Aku tidak mau Redpelpet terpisah walaupun pertemanan ini sudah mulai renggang. Tapi kami tetap berusaha untuk baik-baik saja agar pertemanan ini tidak hancur.

#edisisahabat#

#persahabatanbagaikepompong#

Langit Biru di sekolahku, SMP Budisatrya Medan, 27 Oktober 2022.