Ramlan Maulana

Nama. : Ramlan Maulana Ttl. &...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Renungan 'Maafkan Anakmu Yang Tidak Mengikutin Nasihatmu'

Sebuah Renungan 'Maafkan Anakmu Yang Tidak Mengikutin Nasihatmu'

Ibu, maafkan saya tidak nurut apa katamu, begini jadinya. Owh Begini rasanya ternyata. Kalaulah ada yang lebih perih dari sayatan sembilu, maka akan saya namakan perasaan saya saat ini dengan perih tersebut.

"Seterpuruk apapun situasimu nak, jangan pernah minta bantuan kepada orang lain, cukup hadapi, berusaha dan berdo'a lalu berserahlah kepada Tuhan". Ya, itulah nasihatmu yang tidak saya indahkan. Maafkan saya ibu.

Saya sadar, teman adalah orang lain diluar diri kita. Sahabat tetap juga orang lain di luar diri kita. Bahkan mungkin saudara, sanak famili, dan orang yang terkasih, juga adalah "orang lain" di luar diri kita. Yang murni bukan orang lain adalah diri kita sendiri. Jadi tetap yang akan peduli dengan keterpurukan kita adalah kita sendiri. Jadi janganlah berpangku tangan. Ini mungkin makna dari nasihat ibu saya tadi.

Namun dari kesimpulan saya di atas, masih terselip pertanyaan: kalau demikian apa maksud dari perkataan Rasulullah, SAW dalam sabdanya yang mengatakan:

(artinya) Perumpamaan orang mu'min dalam saling mengasihi, menyayangi, memahami dan tolong menolong satu sama lain, adalah seperti satu "tubuh". Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan "sakitnya".

Secara sekilas, sabda Rosul tersebut menunjukan bahwa betapa sesama mu'min itu haruslah saling membantu, tolong menolong, saling menghormati dan menebar kasih sayang satu sama lain karena sejatinya sesama mu'min adalah terikat oleh persaudaraan (ukhuwwah) yang mana ikatan tersebut diibaratkan seperti satu jasad utuh, yang tidak akan lengkap disebut "jasad" ketika hanya berupa tangan saja, misalnya, atau kaki saja, dan sebagainya. Hal itu menandakan bahwa orang mu'min bisa dikatakan beriman kalau tumbuh dalam dirinya sikap saling tolong menolong, sikap saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain dan saling peduli atas keterpurukan saudaranya seiman, layaknya mulut yang mengatakan "aduh" ketika kaki tersandung, lalu diikuti mata yang langsung menoleh ke posisi kaki tersandungnya sebelah mana, disusul dengan tangan yang langsung mengelus titik yang sakit, lalu tubuh yang lain merasa "meriang" akibat kaki tersandung tersebut. Begitulah seharusnya orang mu'min.

Indah sabda Rosul tersebut, tapi tepat juga nasihat ibu saya di atas.

Antara sabda Rosul dan nasihat ibu saya memang seolah bertentangan, padahal sebetulnya keduanya adalah dua titik balik yang melahirkan "sikap tengah", apakah itu?

Ya, itulah "Sabar dalam menghadapi situasi terpuruk, dan jangan mengharapkan orang lain peduli dengan keadaan kita".

Memang nenar orang beriman itu dianjurkan saling tolong menolong, tapi ingat jangan pernah memintanya. Pada titik inilah kesalahan terbesar saya, "saya terlalu mudah minta tolong"...maafkan saya ibu tidak nurutin nasihat mu. Maafkan...karena kalau saja saya ikut nasihatmu maka saya tidak akan perih dan sedih seperti sekarang ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post