Rani Yuliana

Kelahiran kota Tegal_ tinggal di Bekasi_ sebagai Guru SDIT Nur Al Barkah_ Cibarusah Kab. Bekasi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
'Ibuku Berbohong'
Bag - 1

'Ibuku Berbohong'

Suatu hari di sudut kota tampak terlihat rumah tua masih berdiri kokoh yang menghadap ke arah tempat pemakaman umum yang di beri nama makam mbah punduh dg nama asli Prof.Buyahamka,, amat begitu terkenalnya salah satu tokoh ulama pada masanya,, hingga rumah tua itu di sebut sebutnya kuncen mbah punduh yang makamnya lurus sejajar dg pintu rumah, sungguh ironis ketika di perbincangkan namun kenyataannya beberapa orangpun ada yg melihat kemistisan makam tersebut. Waktu berlalu begitu saja, berputar bak roda kehidupan namun tetap di posisinya,, saat itu tahun lengsernya Presiden Soeharto sampai dampaknya krisis moneter,, ya waktu itu aku masih duduk di bangku SMP, dan masih terlalu dini untuk memahami arti sebuah kehidupan, ketika orang tua terjatuh sejatuh jatuhnya hingga tak mampu untuk memberikan kebahagiaan lebih hanya saja kebersamaan masih menyelimuti kehangatan keluarga kecil pada saat itu,,

Ya,, Halimah adalah nenekku, beliau terkenal galak dan overprotek sekali pada cucu cucunya, setiap hari aku di suruhnya mengaji meski hari libur tetap untuk berangkat hingga ahirnya mengendap endap pergi hanya sekedar bermain di mushollah kecil yang letaknya tak jauh dari rumah,

Hendri adalah sepupuku, dia senang sekali ikut serta dalam organisasi pemuda nahdhotul ulama, mengikuti setiap pengajian pengajian di mushollah, dan ikut tim rebana pada zamannya, dengan keteguhannya dia masuk ke SMP Islam untuk mendalami ilmu keagamannya,

Dua adikku masih terbilang kecil masih duduk di bamgku SD dan satu lagi blm sekolah

Suhartini. Ya dia Ibuku, yang hatinya lembut selembut sutra, bahkan marahpun tiada pernah, kasih sayangnya yang begitu membuatku selalu ingin dekat dengan nya, ibuku orangnya penyayang sekali apapun di lakukan hanya untuk anak anaknya, semenjak semua usaha orang tua yang jatuh tak berbekas, namun ibuku tetap memberikan semangat pada bapakku yang tiap waktu hanya terpaku tanpa kata ketika nenek memarahi dan menghujat hingga sesak dada yg membuat aku ketakutan hanya bisa menangis di dalam kamar,, aku merasa betapa sedihnya ketika bapak tak punya penghasilan, sedangkan aku butuh biaya untuk sekolah, dan tiap hari nenekku hanya marah marah tak jelas,, sungguh perdebatan yang tidak ada ujungnya,

Suatu hari bapakku membuat gerobak bakso dengan modal seadanya, mencoba merintis berjualan bakso, masih malu berjyalan, bapakku hanya mangkal di depan rumah,

Pembeli : " pak, beli bakso 5000, kuahnta yang banyak ya??"

Bapak :" iya neng "

Pembeli : " caos sambel di pisah yah??"

Bapak : " iya "

Setelah selesai di layani sang pembeli pun berkata sebelum pergi meninggalkan gerobak bakso

Pembeli : " pak, ngutang dulu ya??"

Dengan nada lirih dan kesabarannya bapakku meng iya kan

Bapak :" iya neng"

Miris rasanya perjuangan bapak yang mengharap banyak pembeli dan demi mengharapkan sesuap nasi, namun perlakuan mereka membuat orang tuaku sedih,,

Ibu : " nak, hari ini kita makan pakai bawang goreng dan terasi goreng ya?"

Aku : " iya bu, ga apa apa, ibu sudah makan?

Ibu :" sudah tadi , buru makan nanti nasinya keburu dingin"

Aku :" iya bu "

Dengan lahapnya aku dan adik adikku menyantap makanan itu sampai habis.

Waktu terus bergulir begitu cepat, aku tak pernah berharap lebih pada kedua orang tuaku, karena aku tahu keadaan mereka semakin hari semakin terdesak. Dengan berhutang kesana kemari demi memberi sesuap nasi. Namun ternyata Allah punya rencana lain, kerena tak lama aku masuk SMP, aku mendapat beasiswa prestasi. Rasanya kebahagiaan yang tak terhingga. Tiga tahun lamanya aku masih bisa melanjutkan sekolah di jenjang lebih tinggi. Lagi lagi ibuku tak pernah mengeluh, setelah di tinggalkan Bapak ke Jakarta untuk bekerja, meski penghasilan pas-pasan. Tiap hari Ibuku selalu pergi ke rumah tetangga dengan menjual nasi aking yang di kumpulkan tiap hari. Ibu tak pernah gentar demi mendapat kepingan rupiah untuk menambah uang jajan. Lebih anehnya lagi, bahkan sampai akupun tak tahu kalau Ibu berjualan nasi aking keliling.

@Bersambung......

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wowwww sedang asyiiiiik ceritanya berakhir, ditunggu selanjutnya. Barakallah

19 Oct
Balas

Terimakasih bu @Siti Ropiah

19 Oct



search

New Post