Pengabdian Tanpa Tanda Jasa
Aku menangis
Ketika kau kayuh sepeda menuju harapan
Peluh keringat membasahi tubuh
Menguras tenaga dan fikiran
Pembangkit semangat tanpa asa
Aku sedih
Saat pengabdianmu tak lagi di hargai
Betapa kesadaran jiwa bak punggawa
Dicaci dan dihina serendah rendahnya
Hingga titik air mata tak hentinya berlinang
Aku kecewa
Mereka yang tiada lagi etitut
Berbicara tak teratur
Bagai setingan belaka
Yang membekas luka di dada
Aku tercambuk
Bagai petir yang menyambar
Menghantam tak berkaca
Hingga tersungkur tanpa daya
Disini tercurah segala rasa
Meski tak mewakili segala kata
Namun rasa itu menyayat jiwa
Wahai guru
Engkau iklas mengajarnya
Tak emosi meski marah
Selalu jadi panutan oleh siswa
Tanpa mengeluh sedikit bicara
Wahai guru
Tetaplah jadi teladan bangsa
Meski meruntuhnya moral
Namun tak menjadi penghalang
Karna kau pelita tanpa tanda jasa
Kamis, 14 Februari 2018
Rani Yuliana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bund puisinya. Revisi boleh tak. Di sini, bukan Disini. Engksu ikhlas mengajarnya, sepertinya bila kata "nya" dihilangkan lebih manis Bund, maaf. Sukses selalu dan barakallah
Terimakasih bu Siti Ropiah sudah mampir dan dg senang hati mendapat koreksian_ saya suka saya suka saya suka_
Dicaci dan dihina, jika tidak membalas berarti kita telah lulus ujian.Baarikillah Ibu Rini
Yup, betul itu. Karena di situlah letak ujian seorang guru sebenar benarnya ujian_ Maaf, sy Rani bukan Rini.