Oleh: Ranti Kumalasari

Sudah dua jam mpok Siti duduk di bawah pohon dadap yang tumbuh dipinggir jalan desa, namun tak seorangpun yang sudi singgah dan menawar dagangannya. Padahal matahari mulai meninggi. Getuk buatannya sebentar lagi akan berubah bentuk dan rasanya. Ditengoknya selintas kedalam nampan, dengan perasaan khawatir. Alhamdulillah masih belum berubah.

Biasanya mpok Siti menjajakan getuk dari rumah ke rumah. Hari ini dan seterusnya mungkin tidak lagi, karena dia tidak sanggup menahan nyeri kaki yang dirasanya. Apabila dia berjalan cukup jauh, sesampai di rumah kakinya akan terasa sangat ngilu dan susah digerakkan.

Matahari semakin menanjak, dan mulai menyergap tempat nampan dagangan berada. Mpok Siti segera menggeser letak nampan lebih mendekat ke pokok pohon, terpikir untuk mencoba jalan saja perlahan ke perumahan yang tidak terlalu jauh dari sana. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna putih berhenti. Dari dalam mobil keluar Ibu muda berpakaian rapi, mendekati mpok Siti dan menanyakan apa yang dijual. Tergesa mpok Siti membuka tutup nampan. Begitu si Ibu melongokkan kepala dan melihat isinya, wajahnya semringah. Dia berkata dengan riang, butuh penganan ringan khas desa untuk tamunya yang datang dari daerah sebrang. Serentak ke duanya mengucapkan sukur pada Yang Maha Kuasa, karena sama-sama diberi kemudahan.