Banten sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ditakdirkan sebagai daerah yang masyarakatnya agamis, kental dengan nuansa budaya Islami. Salah satu diantaranya adalah perayaan Idul Kurban (Idul Adha). Momen kebersamaan ini sangat kental terasa bagi masyarakat Banten. Inilah salah satu kearifan budaya lokal kita yang harus dilestarikan. Semangat kebersamaan dalam kemajemukan berbangsa.

Hakikat perayaan Idul Adha atau hari raya kurban adalah untuk menumbuhkan kegembiraan bagi warga miskin dan warga kampung. Pada hari itulah banyak warga yang mampu melakukan kurban dengan penyembelihan kambing atau sapi. Pada momen itulah muncul kebersamaan warga kampung untuk mengolah daging kurban yang diterima secara bersama-sama. Menu yang paling mudah adalah dengan membuat sate. Kebersamaan ini terlihat mulai dari penyiapan bahan, bumbu, pembakaran dan penghidangan. Aktivitas yang paling butuh ketekunan adalah membakar satenya. Jika dulu harus menggunakan kipas hihid, maka di era milenial menggunakan kipas angin tenaga listrik maupun batere. Tentu saja selama pembakaran sate diselingi dengan tawa dan canda yang menggembirakan hingga sate matang.

Bringsang adalah kata dalam bahasa Jawa Serang yang merujuk pada persamaan kata dalam bahasa sunda yaitu baringsang atau hareudang alias gerah dalam bahasa Indonesia. Kapan terjadi bringsang? Ya saat membakar sate. Well, mari bringsang!