Pembeli pov.

“Pak...kita pindah belanja ke toko sebelah saja.” Lirih suara ma Iwin berbisik ke telinga suaminya. “Ga apa-apa disini saja. Ayo mak pilih-pilih saja dulu.” Mang Iwan membesarkan hati isterinya dan menarik tangannya untuk masuk lebih jauh ke dalam toko garmen itu. Yang ditarik ikut masuk terus sambil ogah-ogahan. Mak Iwin jengah duluan karena berhadapan dengan karyawan toko yang kurang ramah. Benar saja. Tiba-tiba lengkingan suara karyawan itu mengudara juga. “Pak...bu.... kalo ga niat belanja gak usah masuk-masuk! Apalagi megang-megang. Disini barang mahal semua!” Cerocos karyawan toko itu. “Awas saja kalo ada yang hilang!” Sontak saja mang Iwan tersulut emosinya dan menarik ma Iwin untuk keluar dari toko itu. “Mak bilang juga apa pak. Kejadian deh kita dipermalukan seperti ini.” Keluh ma Iwin sambil tergesa mengikuti suaminya keluar dari toko.

Pasutri dengan tampilan sederhana itu beralih ke toko lainnya yang berseberangan. Ma Iwin dan mang Iwan tersenyum lebar. Atmosfir toko sebelah sangat friendly. “Ayo, mak. Pilih baju yang mak suka. Sekalian pilihin buat yang kerja bareng kita.” Dengan hati riang mak Iwin asyik berburu garmen yang dimaksud. Setelah beberapa jam, semua yang dibutuhkan sudah didapat. Ternyata yang dibeli sangat banyak. Bisa setengah angkot kalo sudah dirapikan.

“Maaf ya teh. Bapak ga bawa banyak uang tunai. Tapi pakai ini saja.” Jelas mang Iwan sambil menyodorkan kartu kredit kepada salah satu karyawan toko. Olala! Teteh pramuniaga itu terbelalak melihat kartu ajaib premium yang pastinya isinya banyak. “Pak...besok-besok kalau belanja keperluan garmen, ke toko ini saja.” Penuh senyum ma Iwin memohon kepada suaminya. “Iya mak. Disini kita nyaman belanjanya. Kita dihargai sebagai pembeli.” Tutur mang Iwan. “Iya atuh pak. Pembeli pan raja.”