Catatan tahun 90"

Flash back ke masa sekolah, mengingatkan pada sosok guru muda. Berwajah ganteng dan berkulit putih. Mengajar pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran yang awalnya tak kusuka. Bagaimana tidak? belajar bahasa yang setiap hari di pakai. Mengatur subyek predikat obyek dan keterangan. Namanya Pak Warsito,guru honorer asal Jawa dan masih jomblo.

Saat itu aku selalu jadi sasaran kemarahannya. Saat di suruh lomba, aku tak hafal teks karena demam panggung. Begitu turun, ceramah si bapak guru hampir 2 jam sampai sakit leherku tertunduk sedih. Suaranya menggelegar dan nyaring, sehingga menarik perhatian orang-orang. Malu sekali rasanya. Kekecewaan terlihat jelas di matanya,, namun aku tak berani menatap guruku. Aku tak pernah menjawab saat pak guruku sedang marah, karena aku tau itu bukti sayang dan pedulinya padaku. Pak guru ini adalah guru pertama yang bertandang ke rumahku,membawa piala dan beasiswa pendidikan yang kuraih.

Sekarang, aku tak takut lagi untuk berbicara di depan umum. Semua karena jasamu pak guru, marah tanda peduli. Pernah suatu saat, aku bertemu dengannya. "Tolong dukung bapak ya Tih" katanya. Wah, sekarang beliau orang hebat. Duduk di antara pejabat daerah di bangku undangan. Menyaksikan muridnya memegang buku karya pertama pada HGN 2 tahun yang lalu. Bangga.

#Berau, 25 November 2020

#Tagur

#Selamat HGN