Ratna Surianti

seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Kecamatan Harau...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melinda, Menghapus Jejak

Melinda, Menghapus Jejak

Part 9

 

Kota dua yang mereka kunjungi setelah kota Pakan Baru yaitu kota Padang, dan melewati lagi kota Payakumbuh dimana asal mereka pergi.

Melinda heran dan tak sabar bertanya pada kakaknya

" Kak kok kita perjalanannya berbelit - belit, kok nggak langsung aja ke padang, menghabiskan ongkos dan juga bikin capek" ujarnya memelas

" Kita menghapus jejak, minggu lalu kita pergi daeri kota Payakumbuh ke Pakan Baru dahulu agar Egi menyangka kita akan menetap di Pakan Baru, tapi tidak, dari Pakan baru kita langsung ke Padang dan lanjut ke Painan, kota perbatasan antara Sumatera Barat dengan Jambi" terang kakaknya

Melinda kemudian paham dan kembali menikmati pemandangan tepi pantai arah ke kota Painan dan lagu yang mengiringi pelariannya, lamat - lamat diimaknya lagu dari grub musik Noah itu

 

Terus melangkah melupakanmuBelah hati perhatikan sikapmuJalan pikiranmu buatku raguTak mungkin ini tetap bertahan Perlahan mimpi terasa menggangguKucoba untuk terus menjauhPerlahan hatiku terbelengguKucoba untuk lanjutkan itu Engkau bukanlah segalakuBukan tempat tuk hentikan langkahkuUsai sudah semua berlaluBiar hujan menghapus jejakmu Terus melangkah melupakanmuBelah hati perhatikan sikapmuJalan pikiranmu buatku raguTak mungkin ini tetap bertahan Perlahan mimpi terasa menggangguKucoba untuk terus menjauhPerlahan hatiku terbelengguKucoba untuk lanjutkan itu Engkau bukanlah segalakuBukan tempat tuk hentikan langkahkuUsai sudah semua berlaluBiar hujan menghapus jejakmu Lepaskan segalanyaLepaskan segalanya Engkau bukanlah segalakuBukan tempat tuk hentikan langkahkuUsai sudah semua berlaluBiar hujan menghapus jejakmu NananananaNanananana

 

 Sepertinya lagu ini cocok sekali sekali dengan  keadaanya, Melinda tersenyum kecut, sesekali  dia meringis  karena ASI yang telah menumpuk, membuat payudaranya bengkak seperti mau pecah.

"Kasihan Robby kak, udah seminggu nggak dapat ASI" ujarnya menangis, mengingat anak yang dia tinggalkan

"Nggak usah dikeluarkan ASInya, besok juga kalo tidak dihisap, produksinya akan berhenti sendiri" saran kak Wati prihatin

Mereka sampai di kota Painan telah malam,capek mendera badan, setelah mandi dan sholat Isya, Melinda pun terlelap hingga subuh memanggil

Tinggal bersama kak Wati sekarang, bermodalkan kalung emas sepuluh gram dari ibu Melinda, yang sempat mengalungkannya ke Melinda sebelum Melinda naik bus menuju Pakan Baru, kak Wati akan menyambung sekolah Melinda yang terputus.

Setelah sebulan di rumah kak Wati rasa bosan pun mendera. Pekerjaannya hanya menonton televisi dan membantu kak Wati di dapur.

"Kak, aku ingin sekolah lagi" pintanya suatu hari ketika melewati sebuah SMA sepulang belanja harian di pasar.

"Benarkah" tanya kak Wati, tanpa menoleh kebelakang  dan mengurangi kecepatan motor yang mereka kendarai

" Iya kak, kalo aku nggak putus sekolah, sekarang aku kelas tiga SMA" terangnya

"Baiklah, nanti kakak bilangin ke abang biar kamu dimasukkan ke SMA yang dia danain,ok" janji kak Wati membuat hati Melinda gembira.

Menjadi siswa SMA lagi, berpakaian putih abu - abu dan sepatu kets yang ringan, Melinda menjadi idola di sekolah yayasan tempat iparnya suami kak Wati menjadi donatur dan pengurus sekolah swasta yang cukup terkenal.

Rambut tergelung atau terkuncir itu kini tergerai indah, body ramping dan mungil itu tak lagi memakai daster lusuh dan anak yang slalu dalam gendongan.

Tak ada tanda atau bekas dia pernah melahirkan atau sebagai seorang ibu, memang pada usianya sekarang dia masih tercatat sebagai gadis delapan belas tahunan.

Kebebasan dan kebahagian yang tertunda. Melinda tak lagi menyediakan hatinya untuk preman, dia telah punya standar sekarang, cowok kaya yang tampan dan bukan juga anak SMA yang dianggapnya anak bau kencur.

Melinda belajar lebih sungguh - sungguh dan memperoleh hasil memuaskan pada ujian nasional. Dia berencana untuk  melanjutkan kuliah ke kota Padang, dimana kakak laki - lakinya juga tinggal disana.

Kakak laki - lakinya, Bang Khairul bersedia menampung adik bungsunya itu di rumahnya, untuk melanjutkan pendidikan ke universitas alias kuliah.

Tentu saja semua biaya ditanggung oleh ayah mereka di kampung.

Asal tidak kembali bersama Egi, Melinda akan difasilitasi kembali

Masa depan yang cerah telah menunggu Melinda di depan

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kasian ya nasib Melinda.

08 Mar
Balas



search

New Post