Aku lelah, Bang.

#tagur hari ketujuh.

Entah mengapa aku merasa lelah akhir-akhir ini.

Tugas yang menumpuk, kejar tayang deadline seakan menguras energi dan perasaanku.

Belum lagi tugas online anakku.

Aku tahu, tugas para guru did sekolah juga tidak ringan. Ada tuntutan kurikulum yang harus dipenuhi. Ada misi mencerdasakan yang tidak mudah. Namun dengan kondisiku seperti saat ini, rasanya aku harus menangis.

Sejenak aku merebahkan diriku di tempat tidur. Mencoba memejamkan mata. Namun tak bisa. Otakku tetap bekerja.

"Bangun. Deadline tugas anakmu. Sekarang."

"Bagaimana tugas-tugas kuliahmu?"

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Bagaimana cucianmu?"

"Bagaimana baju yang belum kau cuci?"

"Bagaimana tumpukan baju yang belum kau setrika?"

"Bagaimana arisan online-mu?"

Bagaimana.. Bagaimana..

Serentetan tanya yang bercampur aduk memenuhi memori otak kecilku.

"Ingin kuteriak. Hatiku melarang...."

Ah.. jadi ingat lagunya Inka Christie.

Benar. Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya.

Agar dunia tahu betapa tugas-tugas ini membebaniku.

Sungguh.

****

Aku ambil air wudu. Kugelar sajadah.

Kutumpahkan segenap beban rasaku di sana. Di akhir zikir, air mata mengalir tanpa terasa.

Ada yang melintas di hati,"Bagaimana imanmu hari ini?"

"Bagaimana ibadahmu akhir-akhir ini?"

Allahu Rabbi.

24 jam sehari semalam yang telah Kau beri, mengapa rasanya masih kurang saja?

Ah, berapa pula prosentase waktuku untukMu?

Astagfirullah.

*****

Aku bangkit.

Kesadaranku muncul.

Kuambil buku agenda.

Kutuliskan jadwal harianku.

To Do List.

Saat ini aku harus bisa memilih dan memilah aktivitasku, kegiatanku.

Harus.

Sebelum kelak malaikat bertanya,"Untuk apa saja waktu sepanjang usiamu?"

"Bagaimana kepemimpinanmu pada anakmu?"

Pertanyaan yang kelak hanya hatiku yang bicara.

Lalu jika aku tak mampu menjawabnya?

Naudzubillah.

Ungaran, 20 Januari 2021