Susi Respati Setyorini

Guru kimia yang jatuh cinta dengan tulis menulis. Ingin menulis apa aja dan di mana aja....

Selengkapnya
Navigasi Web
(Bukan) Opor Buatan Ibu
by Canva

(Bukan) Opor Buatan Ibu

Berbagai macam bumbu dengan takaran yang kukira pas sudah dikupas. Rempah juga sudah kusiapkan. Berikutnya dan bagian penting adalah menghaluskan semua bumbu yang sudah kuracik. Besok lebaran. Aku ingin membuat opor ayam untuk suamiku. Menu yang hampir selalu ada di hari raya Idul Fitri.

Lebaran tahun lalu, ibu mertua mengolah ayam berbumbu rempah lengkap itu untuk sajian lebaran. Waktu itu, bertepatan dengan arisan keluarga sekaligus acara ngunduh mantu sederhana pernikahanku dan Rezy.

Waktu di dapur, aku memperhatikan ibu mertua yang meracik bumbu opor ayam juga sambal goreng ati. Dua menu wajib di keluarga ini. Aku membantu kesibukan Ibu di dapur. Harus aku akui, kecermatan Ibu menakar perbandingan bumbunya menghasilkan masakan yang lezat. Aku merekamnya dalam memori otakku.

Kini, sudah setahun aku menjadi istri Rezy. Aku ingin sekali membuat opor ayam seperti yang Ibu buat untuk Rezy. Pasti amat membanggakan jika aku berhasil membuatnya seenak buatan ibu mertua. Apalagi jika berhasil mendapat pujiannya.

Rasanya masih belum percaya aku berhasil menjadi bagian keluarga Joyo Susanto. Keluarga terpandang sekaligus dari kalangan ningrat. Masuk menjadi bagian keluarga berdarah biru ini, bukan perkara mudah bagiku.

Keluarga ini memeiliki banyak aturan. Larangan lebih banyak ketimbang anjuran. Butuh banyak waktu untuk beradaptasi, terlebih lagi aku datang dari keluarga biasa. Berdarah bukan biru alias wanita kebanyakan.

Di awal hubunganku dengan Rezy, Ibu sempat menolakku. Alasannya klasik: aku bukan dari kalangan mereka. Aku sempat hampir menyerah. Hanya keteguhan Rezy yang membuatku kuat dan sanggup bertahan.

Aku masih ingat pertanyaan Ibu padaku.“Kamu bisa masak, Nduk? Wong wedok ki kudu iso nang ndapur. Ora mung sumur lan kasur.

Aku terkesiap. Pertama bertemu, Ibu sudah membahas bagaimana seharusnya perempuan jika sudah menyandang gelar istri. Aku hanya mengangguk, kedua tanganku berkeringat. Setiap gugup, bukan hanya dahi yang dibanjiri peluh, kedua tanganku juga basah oleh keringat dingin. Beruntung aku memiliki Rezy yang selalu menjadi penyemangat setiap aku gugup dan merasa tertekan dengan omongan Ibu.

Rasa percaya diriku layaknya roller coaster. Saat di puncak, aku penuh percaya diri, tetapi kemudian mendadak minder. Rasa percaya diri itu jatuh hingga untuk bangkit pun butuh waktu.

Seperti halnya hari ini. Sebenarnya opor ayam buatanku sudah selesai sejam yang lalu. Aku sedang menata kue-kue kering dalam stoples ketika laki-laki itu pulang.

“Sudah masak opornya?” tanyanya tiba-tiba.

Aku mengangguk.

“Mas boleh cicip pas buka nanti, ‘kan?”

Aku diam. Berpura-pura tidak mendengar ucapannya walau hal ini membuatku merasa bersalah.

“Dek?”

Aku terkejut. Stoples di tanganku nyaris lepas dari pegangan.

“Em, Mas … opornya ….”

“Kenapa?”

“Opornya … aku kasih ke Bi Atik.” Mataku mulai menggenang menutupi dusta.

“Dek ... ada apa?”

Aku mengedikkan bahu. Sesak tiba-tiba merajai dada. Hingga tak mampu lagi membendung pilu hingga akhirnya air mataku meruah.

“Stop minderan begini, Dek. Berapa kali Mas bilang, hargai dirimu.”

Aku berusaha menyela ucapan Rezy. “Tapi, Mas … Ibu pernah bilang tidak ada opor ayam yang seenak buatan Ibu, kecuali buatan Mayang.”

Rezy menghela napasnya. “Dek, itu karena Ibu belum pernah mencoba buatanmu. Ayolah, istri Rezy bukan perempuan lemah. Yang mudah patah semangat.”

Kalimat motivasi yang diucapkannya, belum mampu mengangkat rasa rendah diri dari otakku. Terlebih jika disandingkan dengan Mayang. Perempuan ningrat yang hampir menjadi jodoh Rezy itu, memiliki banyak kelebihan. Entah mengapa, setiap namanya disebut, rasa percaya diri itu pun lenyap.

Rezy lantas memelukku, meyakinkan aku. Aku terdiam dalam pelukannya yang hangat dan menenteramkan. Aku sangat beruntung memilikinya. Satu-satunya kemenanganku dari Mayang adalah aku telah menjadi juara di hati Rezy.

Semangkuk opor ayam yang aku simpan, seharusnya bukti bahwa aku adalah pemenangnya. (*)

Airmolek. 1 Syawal 1442 H

#marathon_kelascerpen2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantab Ceritanya Bun. Selamat hari raya idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin.

14 May
Balas

Selamat Idul Fitri ya buuu

14 May



search

New Post