Susi Respati Setyorini

Guru kimia yang jatuh cinta dengan tulis menulis. Ingin menulis apa aja dan di mana aja....

Selengkapnya
Navigasi Web
Opor Ayam Ibu
By Canva

Opor Ayam Ibu

Cuplikan novel sebagai tugas Kelas Novel_3

Bagian 2

“Bu, opornya lebih banyak dari biasanya. Ada tamu ya, Bu?” tanya Embun.

“Bapak ibunya Mas Bhanu mau datang.”

“Weh? Mau ngapain, Bu?”

“Mau ngelamar, Nduk! Apalagi?” serobot Kinanti.

“Iya, Bu?” Embun kembali bertanya. Sepertinya Embun tidak yakin dengan ucapan Kinanti.

“Iya. Sudah sana diberesin mejanya. Dipotong lagi lontongnya, diiris pudingnya. Lihat apa yang kurang diisi lagi.”

Embun dan Kinanti saling menatap dan kompak menjawab, “Iya, Bu.”

Sesuai rencana, Bhanu memboyong ayah dan ibunya berkunjung ke rumah Bunga. Kikuk dan bingung Bunga menemani ibunya di ruang tamu. Jantungnya berdebar kian kencang, tak beraturan ketika ayah Bhanu mengutarakan niatnya.

“Mbakyu, kami sowan[1] ada hajat. Bhanu mendesak saya dan ibunya untuk segera melamar Bunga. Katanya takut dicangking uwong[2] ,” kelakarnya.

Bhanu tersipu malu. Ayahnya memang pandai membuka dialog. Dengan gurauannya, suasana menjadi cair. Lebih rileks.

“Saya terserah anaknya maunya gimana.”

“Tapi Mbakyu, apa Mbakyu ridho kalau nanti Bunga ikut Bhanu ke Bandung?” tanya Lastri.

“Tempatnya istri itu, di sisi suami,” jawab Ibu tegas.

Sorot mata Bhanu bertumbukan dengan sorot mata Bunga. Mereka berdua seolah sedang saling mengirim pesan.

“Dek, kamu setuju?” tanya Bhanu setelah melihat Bunga sedari tadi hanya diam.

“Mbak, kenapa diam?” tanya Ibu lembut.

Bunga makin gugup. Bola matanya sesekali melirik ke arah Bhanu.

“Emm … Bunga bingung, Bu. Dia khawatir sama Ibu dan adik-adik,” cetus Bhanu.

Ibu langsung memutar duduknya menghadap Bunga. Menatapnya mengharap jawab.

“Apa yang buatmu ragu, Mbak?” tanya Ibu.

Bukannya menjawab, Bunga langsung memeluk ibunya erat-erat sambil menumpahkan genangan air mata yang sejak tadi menunggu. Ibu dan anak itu berpelukan diiringi tangisan.

“Mbak harus memikirkan masa depan. Cepat atau lambat, kalian semua pasti akan pergi ninggalin Ibu. Mbak, Kinan, juga Embun. Ibu dulu juga sendirian sebelum bertemu ayah kalian.”

“Bunga ingat pesan almarhum Ayah, Bu,” isaknya.

Ibu memisahkan diri dari pelukan dan menangkupkan kedua tangan tuanya itu ke wajah Bunga.

“Mbak sudah menjaga Ibu dan adik-adik. Sudah kamu tunaikan amanat ayahmu itu, Mbak. Sekarang, giliran Mbak memikirkan diri Mbak sendiri.”

“Bunga mungkin terbebani dengan pesan almarhum Ayah karena kebetulan saya pindah tugas ke Bandung, Bu.”

Sebagai anggota TNI, Bhanu akan sering berpindah tugas untuk menjalankan tugas negara. Sudah setahun ini Bhanu bertugas di Bandung. Sebelumnya Bhanu bertugas di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan.

“Saya janji, Bu. Saya juga akan menjaga Ibu dan adik-adik. Tugas Bunga saya ambil alih.” Dengan tegas Bhanu berucap janji.

“Bagaimana, Mbak? Mbak beruntung ada pria sebaik Bhanu. Setia nunggu Mbak.”

Perlahan Bunga mengangguk. Anggukan yang telah lama dinanti Bhanu dan keluarganya. Ibu tersenyum haru. Dikecupnya kening putri sulungnya itu penuh kasih.

Sementara itu, di dasar hati, perasaan Ibu berkecamuk. Namun, bukan Ibu jika tak pintar menutupi semua gundah dan menyimpannya rapat-rapat dalam hati. Di depan tamunya, Ibu menampilkan wajah bahagia. Senyumnya merekah tulus. Matanya berbinar gembira.

Hidangan opor ayam menjadi sajian utama menyambut tamu pertama pada Lebaran kali ini. Hari kemenangan bagi yang sukses menjalankan puasanya selama sebulan penuh. Bagi Bunga, ini juga hari kemenangannya, setelah berhasil melawan ragu dan bimbangnya selama ini.

[1] datang

[2] dibawa orang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu...

02 Feb
Balas

Terima kasih bu. Sukses bersama ya

02 Feb

Ceritanya mengalir, enak dibaca. Ditunggu kelanjutan ceritanya.

06 Feb
Balas

Hai ibu terima kasih sudah mampir. Ditunggu ya bu

06 Feb

Masyaallah, jadi penasaran lanjutannya.Mantuuull

02 Feb
Balas

Terima kasih mampir ibu editor syantik. Sukses bersama ya bu

02 Feb

Keren. Mengalir, enak dinaca. Penasaran dengan lanjutan ceritanya. Sukses Bu

02 Feb
Balas

Terima kasih ibu cantik sudah mampir. Insya Allah aamiin

03 Feb

Ceritanya sederhana tetapi asyik. Nunggu lanjutannya ah. Semoga sukses. Naskahku masih amburadul. Belum pas terus rasanya.

02 Feb
Balas

Aamiin. Terima kasih sudah mampir. Ini aja revisi berkali-kali bu. Ada aja yang nyelilitin

02 Feb

Ceritanya bagus, tulisannya mengalir . lanjut buk

02 Feb
Balas

Siap. Terima kasih sudah mampir ya pak

02 Feb

mantab Bu ceritanya. Salam kenal

02 Feb
Balas

Salam kenal kembali ibu. Terima kasih sudah mampir

02 Feb

Selamat Bu, sudah jadi novelnya

02 Feb
Balas

Belum bu. Masih revisi lagi dan lagi

02 Feb

Bagus,Bun...ditunggu lanjutannya..

02 Feb
Balas

Siap ibu. Terima kasih sudah mampir.

02 Feb



search

New Post