Resti Saputri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Membagi Hati (2)

Menulis hari ke-4 dari 

Sambungan Membagi Hati (1)

 

Aku bergegas ke depan dan membukakan pintu untuk Mas Andika.

“Assalamualaikum, belum tidur Sayang?”

“Waalaikum salam, belum Mas. Aku nungguin kamu. Kamu sudah makan malam?” Tanyaku.

“Sudah, dengan tim tadi. Kamu sudah makan malam?” tanya Mas Andika.

“Sudah” Jawabku pendek.

“Mas, bisa kita bicara sebentar?” seraya mengajak Mas Andika duduk.

“Ada apa sayang? Tanya Mas Andika

Aku terdiam sejenak.

“Mas, kamu ngerasa nggak komunikasi kita akhir –akhir ini tidak baik?”

Mas Andika menatapku lekat-lekat. “Ada masalah apa? Karena aku sering pulang malam?” Mas Andika balik bertanya.

“Semenjak kamu diangkat sebagai manager, kita sudah jarang punya waktu berdua, Mas. Aku pribadi mungkin bisa bersabar, aku juga paham kalau mungkin di kantor Mas ada banyak pekerjaan. Tapi Tolong ingat Rania, Mas. Hari ini dia sedih sekali, karena nggak bisa pergi sama kamu. Dan ini bukan pertama kalinya kamu nggak menepati janji sama Rania. Terakhir kali, kita mau lihat Iqbal di pesantren juga nggak jadi, Mas.” ucapku dengan suara lirih dan mata berkaca – kaca.

Aku mulai sulit mengendalikan emosi yang sedari tadi ku tahan. Mas Andika merangkulku ke pelukannya seraya mengelus rambutku. Tangisku pecah dipelukannya.

“Maafin aku ya, maafin kalau aku belum bisa jadi suami dan ayah yang baik buat kamu dan anak – anak. Aku juga kangen sama Iqbal, Sayang. Udah tiga bulan kita bulum lihat Iqbal di pesantren. Aku juga pengen ajak Rania jalan – jalan. Tapi waktunya yang belum pas, Sayang. Tolong kamu ngerti ya” balas Mas Andika.

Aku membalas pelukan Mas Andika. Nyaman sekali rasanya berada dipelukannya. Amarah yang sedari tadi kutahan, rasanya meluap hingga tak bersisa. Aku sangat mencintai Mas Andika. Dia adalah lelaki yang aku pilih untuk menjadi suamiku. Sudah 10 Tahun kami mengarungi pahit manis pernikahan. Saat-saat sulit sudah kami lewati. Bahkan saat Mas Andika sempat diPHK kami bisa melewatinya meskipun tertatih- tatih. Aku bersyukur, kondisi kami sudah jauh lebih baik. Bahkan, Mas Andika dipercaya menjadi manager di perusahaan barunya baru - baru ini.

Tapi kesibukannya kerap kali membuatku lelah. Saat kehidupan kami sudah jauh lebih baik. Namun, kebersamaan kami kian berkurang. Sulit sekali bagi Mas Andika meluangkan waktunya untukku, Iqbal dan Rania. Namun, kecemasan tak beralasan itu seketika hilang saat ia memelukku.

“Tolong luangkan waktu untuk kami ya, Mas. Kami membutuhkanmu”. Ucapku lirih.

Yang dibalas dengan kecupan lembutnya di pipiku, Seraya mengajakku ke kamar.

 

Tamat.

Padang, 14/03/2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sabar ya Bunda.

14 Mar
Balas

Terimakasih bunda..Ceritanya fiksi kok bund :)

15 Mar
Balas

Terimakasih bunda..Ceritanya fiksi kok bund :)

15 Mar
Balas



search

New Post