“Mas, mbok ya sekali-sekali aku dibelikan hadiah bunga seperti orang-orang di tipi itu loh,” Kata Menur dengan gaya manja yang membuat Adi suaminya menjadi gemas. Sesungguhnya Menur memang anak manja, ayah ibunya orang berada dan ia anak bungsu dari dua bersaudara, tetapi sejak menikah dengan Adi ia berubah total menjadi sosok istri yang baik, ia tidak pernah menuntut apa-apa dari suaminya, Adi sangat bersyukur memiliki istri seperti Menur.

Rumah tangga mereka berjalan dengan mulus, mereka saling melengkapi, cinta mereka semakin sempurna dengan kelahiran Janur yang kini telah berusia dua tahun. Kebahagian mereka terusik dengan keluhan Menur yang aneh aneh, setiap hari iselalu minta perhatian suaminya berkeluh kesah tentang apa yang ia inginkan,sebenarnya juga bukan sesuatu hal yang luar biasa, tetapi Adi memang pria sederhana yang tidak mengerti bahasa wanita.

Pagi itu selepas mengantar suaminya berangkat kerja, Menur langsung bebenah membersihkan rumah, mumpung Janur belum bangun pikirnya. Menur memang senang menata rumah, maka rumah tampak bersih dan rapi yang membuat siapa saja betah jika berada dirumahnya termasuk Adi suaminya. Saat sedang merapikan meja makan di bawah tudung saji ia menemukan sebuah kado yang berhiaskan pita merah muda, seketika ia ingat bahwa ini adalah hari ulang tahunnya, seulas senyum merekah di bibirnya, dengan semangat dibukanya kado itu tampak sebuah kartu ucapan berwarna merah jambu dan sebuah sandal jepit bergambar mawar merah.