Retno Wulandari

Menulis untuk jiwa-jiwa yang halus pada pekat kehidupan yang serba kasar ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Selayang Kabut di Ambang Kalut

Rerintik pelik baru saja selesai membumi

Dari awang-awang serba putih nan sunyi

Menempa hamparan pelangi yang ditenun peri-peri

Seketika hancur menjadi butiran abu berderai sepi

Angin bergulung-gulung menerbangkan rajutan asa

Seketika guntur saling menggempur berseringai tajam

Sementara akar kehausan menjalar mencengkeram dasar atma

Akankah badai ribut riuh ini menyapa tanpa aba di masa selanjutnya

Padang ilalang panjang menjadi saksi riuhnya segala sedu sedan

Ialah pohon yang meranggaskan dedaunannya pada suatu perjalanan

Dan burung-burung tak kan berani singgah alih-alih menebar penawar

Kabut memeluknya kala gigil semakin mengering kala sukma membisikkan lara

Sudah selesai bukan purnama itu serba kelam

Dan krisan-krisan kini berjajar di pelataran

Menggerak-gerakkan rautnya sembari tersenyum senang

Lihatlah ada surau-surau di tepian hamparan sawah yang tenang

Lalu menerbangkan doa suci dan kembali terbentang

Selamat tinggal angan, keruh tak kan ku izinkan kembali melayang-layang.

Biarlah kabut hangat membawaku kembali ke lingkar telaga impian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

bagus bu puisinya, salam literasi

11 Jan
Balas

Terima kasih Bu. Salam literasi

12 Jan



search

New Post