Selayang Kabut di Ambang Kalut
Rerintik pelik baru saja selesai membumi
Dari awang-awang serba putih nan sunyi
Menempa hamparan pelangi yang ditenun peri-peri
Seketika hancur menjadi butiran abu berderai sepi
Angin bergulung-gulung menerbangkan rajutan asa
Seketika guntur saling menggempur berseringai tajam
Sementara akar kehausan menjalar mencengkeram dasar atma
Akankah badai ribut riuh ini menyapa tanpa aba di masa selanjutnya
Padang ilalang panjang menjadi saksi riuhnya segala sedu sedan
Ialah pohon yang meranggaskan dedaunannya pada suatu perjalanan
Dan burung-burung tak kan berani singgah alih-alih menebar penawar
Kabut memeluknya kala gigil semakin mengering kala sukma membisikkan lara
Sudah selesai bukan purnama itu serba kelam
Dan krisan-krisan kini berjajar di pelataran
Menggerak-gerakkan rautnya sembari tersenyum senang
Lihatlah ada surau-surau di tepian hamparan sawah yang tenang
Lalu menerbangkan doa suci dan kembali terbentang
Selamat tinggal angan, keruh tak kan ku izinkan kembali melayang-layang.
Biarlah kabut hangat membawaku kembali ke lingkar telaga impian.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
bagus bu puisinya, salam literasi
Terima kasih Bu. Salam literasi