Asal Usul Kota Manila

Hari itu Hisan mendapat tugas dari ibu guru menulis kisah atau legenda di suatu daerah. Karena itu Hisan bertanya kepada ayah ide apa yang bagus untuk di tulisnya.

“Ayaah, lagi ndak sibuk khan?” sapa Hisan.

“Ndaak, ada apa hisan?” tanya ayah sambil membelai kepala Hisan.

“Ada tugas menulis dari sekolah Yah, “jawab Hisan.

“Temanya menulis cerita Kisah atau Legenda.” tambah Hisan lagi.

“Oooh begitu,… bagaimana kalau cerita tentang Kota Manila?” kata Ayah.

“Boleh Yah , bagaimana kisahnya?” tanya Hisan tertarik.

“Pada saat itu di Kota Manila berdiri sebuah kerajaan Islam yang besar. Kerajaan itu bersahabat dekat dengan Kerajaan Sulu di Maluku. Raja di Manila itu bernama Raja Solaiman, yang konon asal usulnya dari Kerajaan Aditiawarman di Pagaruyung Batusangkar. Jadi raja Pertama Di Manila itu berasal dari daerah Minangkabau Sumatera Barat. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Rakyat nya sangat berbahagia dengan kemampuan Raja Solaiman memimpin negeri mereka. Raja Solaiman menamai negeri yang dipimpinnya dengan nama Fii Amanilah. Hasil bumi yang melimpah ruah sehingga kekayaan negeri itu tercium sampai ke negeri Eropa.

Bangsa Eropa yang sudah mengenal dan menikmati hasil bumi Nusantara, berlomba-lomba berlayar untuk menemukan negeri tersebut. Bangsa yang mendarat di Manila adalah bangsa Spanyol. Melihat keelokan negeri dan kekayaan di dalamnya, membuat bangsa tersebut ingin merebut dan menguasainya. Sehingga terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Raja Solaiman yang tak Ingin di jajah dengan Bangsa Spanyol.

Raja Solaiman yang telah uzur dan ketidak siapan kerajaannya terhadap serbuan Bangsa Spanyol, akhirnya kalah. Bangsa Spanyol menguasai daerah FiiAmanilah tersebut.

Dari kekuasaannya itu bangsa Spanyol membuat berbagai kebijakan yang sesuai dengan prinsip mereka. Perlahan namun pasti wajah kota yang semula Islami berubah menjadi Keyakinan Bangsa Spanyol yang Kristiani. Nama-nama pun berubah, lidah bangsa Spanyol yang kesulitan menyebut nama Fii Amanilah, akhirnya menyingkatnya menjadi Manila saja. Sejak saat itu IbuKota Philipina tersebut lebih di kenal dengan nama Manila. Tak ada lagi simbol-simbol kerajaan Islam di sana. Hilang musnah. Berganti dengan simbol-simbol Kristiani hingga saat ini.” ayah mengakhiri ceritanya.

Hisan yang mendengar cerita ayah duduk terngaga mulutnya, sungguh tak pernah di sangka ternyata Manila itu dekat hubungannya dengan Kampung Hisan di Batusangkar.

“Begitu ya Yah? Tanya Hisan masih penasaran. Jadi kesimpulannya Siapa yang memerintah negeri Ia yang mewarnai Negeri, Ya kan Yah?”Tanya Hisan.

Ayah mengangguk setuju, “Nah sekarang silakan Hisan Buat Tugasnya, semoga menjadi anak pintar kebanggaah ayah dan Ummy .” Kata ayah sambil mengusap kepala Hisan.

“Baik Ayah, siaap…” Kata Hisan sambil meletakkan tangannya di kening seperti menghormati bendera saat upacara.