Rian Ananta,S.TP,MP

Teruslah bergerak maju walau seberat apapun langkahmu.Jika tidak bisa terbang berlarilah, bila tak mampu berjalanlah, masih tak berubah merangkaklah... hingga s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bias Ragu
Bias ragu itu terus bicara. Namun perjuangan ini adalah kepedulian kepada sebagian manusia yang butuh sebentuk ketulusan ,dan kesungguhan. Agar bisa berdiri tegak menatap mentari hingga tak tersungkur dalam kegelapan , dimana cahaya sang Ilahi begitu mudah untuk pergi

Bias Ragu

Bias Ragu

1/

Kutatap wajahnya yang bulat seperti melon. Pipinya yang embul sungguh membuat siapapun melihatnya gemas. Matanya yang lentik, hidung mungil yang proporsional, kulit cerah yang merona, bibir pink yang senantiasa tersenyum, satu kata… kau adalah pahatan sempurna dari Yang Maha Kuasa, anakku…

Mata itu belum lama terpejam, sebelumnya dihiasi beberapa rinai air mata, kala ia berontak dan menolak,

“Hana Tak mau ditinggal Mi,… Hana akan rinduu sama Ummy,…” rengeknya.

“Kan ada ayah, kakak dan abang,…juga ada oma,…balasku.

“Tidak, dengan siapa Hana belajar?” Tumben ia bisa berfikir lebih dewasa dari umurnya yang baru 5 tahun.

“Baiklah, kalau Hana tak ingin Ummy pergi, mulai hari ini harus giat belajarnya, mau?”

“Iya Mi,… Hana akan rajin belajar.” jawabnya.

Mata bulat dan hitam itu mengerjap-ngerjap setiap ia memohon segala sesuatu. Seakan ia ingin meluluhkan hatiku dengan segala rayuannya. Lucu,.. selalu ada warna semenjak kehadirannya.

2/

Hari ini mentari mulai menampakkan semangatnya. Setelah seharian kemaren mengurung diri dalam kungkungan awan. Begitu lebat air matanya tercurah sehingga meluber ke mana-mana. Begitupun imbas yang sampai ke rumahku. Tamu tak diundang memaksa masuk melalui sela-sela yang mungkin ada. Terdengar nada panggil pada gawai yang tergeletak tak berdaya.

“Assalammualaikum.” sapaku.

“Waalaikum salam, jawab suara diseberang sana.

“Sudahkah Uni lihat Sim PKB?” tanyanya

“Belum, kenapa?” balasku.

“Kita ditempatkan di hotel Horizon,”

:”Oh ya sudah keluar Infonya?” tanyaku tak percaya.

“Sudah, cek segera ni, Assalammualaikum”

“Makasih Dek , Waalaikum salam”. Kataku mengakhiri beritanya.

Huff, Akhirnya aku melihat semakin dekat dengan hari yang mereka takutkan. Penasaran segera ku cek Sim PKB dan ternyata benar, info keberangkat Pelatihan Upskilling dan Reskilling telah ada. Sejenak ada kebahagiaan untuk mengikuti kegiatan itu, namun sebagian hati memagut ragu karena meninggalkan sekeping sorga yang dititipkan olehNya.

3/

“ Uni, apa Iya akan berangkat ke Jakarta?”

“Iya De, infonya begitu? Jawabku.

“ Ke mana tepatnya?”

“Ke Bogor.”Jawabku.

Aku melihat kekhawatirannya, dan aku tahu apa yang berkecamuk dalam fikirannya.

“Jangan risaulah De, semua kita pasrahkan kepadaNya.”

“ Tapi kita tidak bisa terlalu percaya diri Uni!” kata Ade

“Sedapat mungkin Uni hindari dulu untuk pergi ke sana.”

“Apalagi kita tahu daerah itu menuju Hitam.” Ulasnya Khawatir.

Aku tak bisa mengelak dari kekhawatirannya. Semuanya benar. Aku juga telah melakukan upaya seperti sarannya sebelumnya. Tetapi ketika satu demi persatu rekan kerjaku berkurang baik karena promorsi ataupun sebab pribadi, membuatku memberanikan diri untuk mengikuti kegiatan itu. Apalagi basic pendidikan yang sedikit jauh dari bidang tersebut yang membuatku membutuhkan pelatihan itu untuk mensejajarkan diri dengan rekan sejawat. Kalau Tidak lolos seleksi , aku takkan kecewa karena telah berusaha memanfaatkan momen ini, fikirku dalam hati. Aku juga tahu tak sedikit orang yang kembali dari tugas luar kota terjangkiti Virus itu. Mereka semua khawatir , aku tertunduk dalam diam

4/

Dalam sujudku, berharap ampunanNya. Kutahu amalku belumlah seberapa. Diusia yang tak lagi muda. Dalam rentetan tanggung jawab yang masih menggunung tersisa. Siapa yang tak takut terkena imbas Corona. Siapapun pasti bisa kena. Hanya perlindungan Nya yang bisa menjaga sebentuk kekhawatiran yang mulai merajai jiwa. Bukanlah kesombongan dalam diri yang berkata. Bias ragu itu terus bicara. Namun perjuangan ini adalah kepedulian kepada sebagian manusia yang butuh sebentuk ketulusan ,dan kesungguhan. Agar bisa berdiri tegak menatap mentari hingga tak tersungkur dalam kegelapan , dimana cahaya sang Ilahi begitu mudah untuk pergi.

Padang, 14 Agustus 2020

#Cerpen Karya Peserta Kelas Cerpen 1

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Karya yang indah Bu. Sukses selalu

14 Sep
Balas

Aamiin.terima kasih bun

14 Sep

Waw keren banget cerpennya bun... salam sukses selalu

14 Sep
Balas

Terima kasih.salam kenal

15 Sep

Memang keraguan pasti menghantui. Tapi Insya Allah bersandar saja ke Allah.

15 Sep
Balas

Tetoma kasih bun.insyaAllah...

15 Sep



search

New Post