Rian Ananta,S.TP,MP

Teruslah bergerak maju walau seberat apapun langkahmu.Jika tidak bisa terbang berlarilah, bila tak mampu berjalanlah, masih tak berubah merangkaklah... hingga s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tamu
Digosoknya matanya berkali-kali, tetap tak melihat ada seprai. Tapi kenapa putranya melihat. “Marni merinding, ada apa ini? Benarkah ia yang salah lihat atau putranya tidak melihat. Kalau memang ia tidak melihat kenapa benda-benda lain bisa dilihatnya.

Tamu

Tamu

1/

Hari itu Marni membawa belanjaan yang lebih banyak dari biasanya. Dua hari yang lalu putranya di luar Kota menelpon jika hari ini akan membawa rombongan teman-temannya untuk menginap di rumah. Bukanlah hal mudah bagi Marni menerima segerombolan pemuda tanggung itu menginap di rumah ini. Pertama rumahnya kecil, ia takut kondisi itu membuat tamunya tidak nyaman, Yang kedua kesibukannya kerja di Kantor , takut tidak bisa mengurus kebutuhan tamunya dengan baik. Bagi Marni memuliakan tamu adalah suatu kewajiban yang sudah mendarah daging. Baginya tamu adalah raja yang harus dilayani semua kebutuhannya.

Bergegas Marni membawa barang belanjaannya ke dapur dan memulai ritual memasaknya. Masakan hari itu lebih spesial karena akan kedatangan tamu. Ia tak ingin tamunya memberi cap yang tak baik ketika makan di rumahnya. Sengaja ia minta izin dari Kantornya untuk mempersiapkan semua yang dirasa perlu. Sambil menunggu masakannya matang, Marni mengecek dua kamar yang akan disediakan untuk tamu-tamunya. Semua sudah tertata dengan rapi dan bersih. Begitupun kamar mandi, dibersihkannya hingga seperti baru. Pintu kamar segera ditutupnya untuk menjaga agar jangan sampai ada hal -hal yang tak diinginkan masuk dan merusak semua yang sudah di tatanya.

2/

Menjelang sore tamu yang ditunggu-tunggu datang. Semua tampan, pemuda-pemuda santri itu memang beda wajahnya dengan remaja seusianya. Wajahnya bersih karena senantiasa di siram wudhu dan selalu membaca AlQur’an. Wajah itu glowing tapi bukan berminyak. Kkehasan air muka orang-orang sholeh. Hati Marni begitu gembira menerima tamu berupa orang-orang sholeh. Dirinya merasa rumahnya mendapat rahmat jika mereka ada di sini. Tak peduli letih datang menghadang, yang penting mereka bisa di ni agar rumahnya ramai dengan suara mengaji.

Dengan takzim para pemuda itu menundukkan kepalanya sambil tersenyum sebagai pengganti salaman.Senyuman manis segera dilayangkan Marni untuk menjawab penghormatan tersebut. “Sudah datang, ayo silakan masuk , bawa aja langsung barang-barangnya ke kamar instruksi Marni sambil berjalan ke pintu kamar.

“pemuda-pemuda itu dengan patuh melaksanakan instruksi yang diberikan Marni. Satu persatu mereka mengisi kamar-kamar yang disediakan. Semuanya ada sejumlah lima orang. Mereka rencananya akan mengikuti ujian Masuk Perguruan Tinggi dua hari ke depan. Karen alatar belakangnya banyak yang dari luar daerah, dan tak memiliki keluarga, makanya mereka mencari rumah teman-temannya yang putra daerah asli.

“Silakan Istirahat sebentar, nanti malam setelah magrib kita makan bersama-sama ya…” kata Marni lagi.

“Iya Mi, makasih kata mereka serempak.”

Bergegas Marni mengecek persiapannya untuk pemuda tanggung tersebut. Kayaknya cukup tak perlu ditambah lagi.

Selanjutnya Marni menyelesaikan hak dirinya untuk mandi dan bersiap diri menyambut Magrib.

3/.

Akhirnyas hari yang dinanti-nanti itupun tiba. Sebelum Subuh Marni sudah membangunkan pemuda-pemuda itu untuk mempersiapkan diri. Ia tak ingin gara-gara terlambat bangun dan bersiap pemuda itu gagal untuk mencapai cita-citanya kuliah di perguruan tinggi. Jangan sampai nanti timbul penyesalan karena salah menempati rumah teman.

Sambil menata Nasi Goreng dalam wadah yang cukup besar, Marni mempersilakan kelima pemuda tanggung itu untuk sarapan. Ia paham, anak-anak seusia itu sedang giat-giatnya makan jadi memerlukan porsi lebih untuk kecukupannya. Sehingga Tiga kali lipat porsi nasi sudah dipersiapkannya di meja makan.

Satu persatu pemuda tersebut duduk dan mulai makan. Marni agak kecewa, karena terfnyata makan pemuda itu tidak seperti yang dibayangkannya. Nasi goreng yang Marni buat jadi banyak bersisa. Apa karena mereka malu? Sehingga makannya pada sedikit. Atau karena terlalu stres sehingga jadi tidak nafsu makan. Marni berpesan pada putranya untuk selalu ingat Allah ketika ujian dan berdoa. Selanjutnya Marni terpaksa harus meninggalkan mereka karena jadwal kantornya sudah harus berangkat.

4/.

Menjelang sore Marni udah kembali ke rumahnya, Tak lupa ia membeli beberapa cemilan untuk kudapan bagi pemuda-pemuda tersebut. Ia segera memanggil putranya dan menyerahkan bungkusan itu. Ndak usah semua Mi, karena yang tinggal sekarang hanya dua orang.

“Dua orang sudah langsung pulang ke kampungnya sehabis ujian tadi.” katanya lagi.

Marni hanya bisa ber-oh ria. “Begitu.” dan Marnipun berlalu ke kamarnya

Menjelang malam, dua orang pemuda tadi pamit mau ke rumah temannya yang lain untuk membahas ujian lain yang sama-sama mereka ikuti. Marnipun melepas kepergian semua tamu-tamunya dengan lega.

Sambil membenahi kamar-kamar yang usai ditinggalkan tamunya, Marni membuka lemari pakaian yang berisi seprei untuk mengganti yang sudah di pakainya. Alangkah kagetnya Marni ketika mendapati lemari itu kosong.” Mana seprai-sepraiku?” Tanya Marni. Ia begitu yakin sebab pekerjaan rumah tangganya diselesaikan sendiri, tidak menggunakan asisten. Siapa yang mengosongkan lemarinya? Mungkinkah dipindahkan ke tempat lain? Segera Marni memerikasa setiap sudut rumahnya. Tak ada, lalu kemana perginya seprai dan kain sarung? Marni tak habis pikir.

“Tidak, tidak mungkin ini pekerjaan tamunya. Apalagi mereka pemuda-pemuda buat apa sepray di pungutin kayak nggak ada yang lebih beharga saja.

5/

Marni sangat penasaran dengan misteri yang terjadi hari itu. Mumpung putra tinggal sendiri, ia memanggilnya.

“Nak, kamu lihat sepray-sepray ummy yang di dalam lemari?”

“ Sepray? Ya di dalam lemari dong Mi, kata putranya lagi.

“ Nggak ada tadi mau ganti, kosong tuh lemari”

“Masak?” tanya putranya tak yakin.

“Kalau tak percaya ayo lihat sini.” katanya lagi . Ia membawa putranya pergi ke kamar itu. Tuh Lihat katanya sambil membuka lemari.”

“Tuuh, kan ada.” Kata putranya lagi.

“Mana? Kata Marni sambil melihat lagi ke dalam lemari.

Masih kosong, “Gimana sih Ummy,” katanya putranya lagi.

Sejenak ia terdiam, apa yang salah sebenarnya. Dicubitnya tangannya berkali-kali sakit. Digosoknya matanya berkali-kali, tetap tak melihat ada seprai. Tapi kenapa putranya melihat. “Marni merinding, ada apa ini? Benarkah ia yang salah lihat atau putranya tidak melihat. Kalau memang ia tidak melihat kenapa benda-benda lain bisa dilihatnya. Kenapa harus sepray yang tak tampak olehnya. Kepala Marni pusing memikirkannya. Ia harus keluar dari kamar itu untuk menangkan pikirannya. Ia berjalan menuju pintu rumahnya saat mendengar suara ketukan.

“Assalammualaikum.”

“Walaikum salam, ia membuka pintu dan menemukan sosok pemuda di depannya yang sangat dikenalnya.

“Ka,..kamu?” katanya tak percaya.

“ iya Mi, salim Mi baru dataang,” kata putranya dengan gembira seperti biasanya.

“ Lalu yang tadi dia bicara dengan siapa?” Seketika Marni terdiam. Lututnya gemetar , Tiba-tiba Marni roboh di teras depan rumahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bunda.. Barokalloh...

20 Sep
Balas

TERIMA KASIH BUN , SALAM KENAL

22 Sep

Keren Bu

21 Sep
Balas

MAKASIH PAK, SALAM LITERASI

22 Sep

Waaah ini cerita horor misteri ya, Bu. Jadi ikut penasaran dan merinding. Keren, Bu.

25 Sep
Balas

waaduuh..kok endingnya jadi horor..ngagetin..apik tuh

19 Sep
Balas

Memang sengaja Pak, saya mau coba semua genre

20 Sep

Oh.Marni pingsan ya bu, keren ceritanya..

21 Sep
Balas

KALAU IBU KAGET BERARTI MISINYA BERHASIL HE..HE..

22 Sep

Hiiiyy..seraam

19 Sep
Balas

Tukar2genre buk he...he...

19 Sep

Ceritanya seru. Tapi terakhir, ih.... Sereeem.

19 Sep
Balas

Memang sengaja bu ini genre horor

20 Sep

Keren bunda...kalau saya blm bisa diksi yg bagus....dah ku follow....follow back bunda...he he

03 Oct
Balas



search

New Post