Aku, Covid-19 dan Penyuka Sesama Jenis
Riana Siska Tambunan
Menolong adalah perbuatan baik. Namun bagaimana jika perbuatan itu justru mengancam nyawaku sendiri? Seperti malam itu, ketika ada pesan masuk ke gawaiku dan isinya adalah curahan hati seseorang yang sedang aku dampingi untuk lepas dari hubungan sesama jenis. Dia stres dan ingin bunuh diri karena tidak sanggup lagi menjalani ujian sebagai penyuka sesama jenis. Aku cukup paham bagaimana labilnya kondisi psikologis mereka.
Biasanya, jika kondisi normal dan tidak ada himbauan social distancing karena covid-19, aku akan mengajak mereka yang aku dampingi, dan sedang stres berat untuk bertemu langsung. Tujuannya mendengar mereka menumpahkan tumpukan emosinya lalu memberi sedikit pesan yang bisa menguatkan mereka. Namun di masa pandemi ditambah daerah kami termasuk zona merah, membuatku berpikir keras untuk mengambil keputusan. Bertemu langsung mungkin bisa membuatnya kembali optimis menjalani hidup. Namun bagaimana denganku? Aku tidak punya kendaraan pribadi. Bisa saja aku meminta dia yang datang ke kosku karena dia punya sepeda motor. Hanya saja jarak kosku dan rumahnya sangat jauh. Aku khawatir, dia yang sedang galau tidak bisa fokus mengendarai sepeda motornya.
Setelah menimbang baik buruknya, aku putuskan keesokan harinya bertemu secara langsung. Kami bertemu di mesjid yang tidak jauh dari rumahnya. Bukan bermaksud melanggar himbauan pemerintah dan membahayakan keselamatan diri. Aku juga tidak ingin dianggap pahlawan. Aku sadar, kalau ada Allah yang menentukan hidup dan mati hamba-Nya dan juga menentukan siapa yang layak dan tidak layak untuk diberi hidayah. Tugasku hanya sebagai perantara hidayah itu. Aku tahu bagaimana beratnya dia untuk memutuskan hijrah. Dia tidak hanya meninggalkan pasangan sejenisnya tapi juga berjuang keras untuk lepas dari narkoba. Aku tidak ingin dia kembali terjerumus ke dunia hitamnya yang dulu atau nekat mengakhiri hidup setelah perjuangan berat itu. Alhamdulillah setelah pertemuan itu dia kembali optimis menjalani hidupnya dan semoga aku juga tetap sehat wal a’fiat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat, BuMenolong orang untuk keluar dari masa lalunya dan Ibu dipercaya untuk menolongnya. Semoga Allah mudahkan segala urusan Ibu. Aamiin
Begitu juga mbak devia. Allahumma aamiin. Selain mengajar, mendampingi penyuka sesama jenis adalah aktivitas saya sehari2 Bu. Banyak hal yang mau saya tuliskan tentang dunia eljibiti dan pengalaman saya selama mendampingi mereka. Itu salah satu alasan saya ikut pelatihan menulis. Saya ingin berbagi pengalaman dan bisa mengedukasi orang lain.
Masya Allah. Menolong dan menolong
Perjuangan
Iya pak. Walau gak tahu pilihan saat itu benar atau tidak
two thumbs up
Terima kasih mbak Salam kenal
two thumbs up
Terima kasih mbakSalam kenal
Salut buat mba Riana, gak semua orang bisa ngadepin kaum eljibiti, nyali kudu besar. Semoga selalu diberi kesehatan. Aamiin. Salam kenal
Tabarokallah Bu... semoga Allah terus memudahkan jalan Ibu untuk selalu berbua[ kebaikan. Aamiin
Begitu juga dengan ibuWafiikbarakllah. Terima kasih bu. Salam kenal
Salam perjuangan.
Semangat ibu riana tetap selalu berdakwah di jalan Allah SWT
Allahummma aamiinTerima kasih BuSalam kenal
MasyaAllah...Dalam hal menolong orang lain memang terkadang bisa mengabaikan keselamatan diri sendiri.Semoga malaikat mencatatnya sebagai amal baik ukhti riana.
Allahumma aamiin. Jazakillah kakanda