Riana Siska Tambunan

Seorang guru yang akan terus belajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Teacher Rasa Mother

Teacher Rasa Mother

Riana Siska Tambunan

Sebagai seorang pengidap bipolar, tidak mudah bagiku bekerja dengan banyak orang. Hal itu karena perubahan mood yang tidak bisa diprediksi, juga dua fase manik dan depresi yang bisa saja hadir dalam waktu yang lama. Namun, kondisi ekonomi keluarga membuatku berani mengambil resiko dengan menerima tawaran mengajar di sebuah SMA swasta di Medan. Saat itu, aku langsung diamanahi menjadi wali kelas XI IIS. Kelas itu dikenal sebagai the top trouble maker untuk kelas akhwat (perempuan). Aku tidak punya pilihan, kalau tidak mau jadi wali kelas, maka aku tidak jadi diterima mengajar di sekolah itu. Tidak mengajar artinya aku tidak dapat uang.

Tiga bulan pertama jadi wali kelas dan guru SMA, aku sering uring-uringan. Marah dan sedih tidak pada tempatnya. Sempat meminta cuti selama seminggu penuh. Masalah yang dibuat anak-anak itu sukses membuatku depresi dan kembali mengkonsumsi obat penenang. Padahal, aku sudah berusaha lepas dari obat. Selama cuti, aku merenung dalam-dalam. Mengapa Allah menakdirkanku bertemu dengan anak-anak luar biasa ini? Sementara akupun masih harus berjuang mengontrol diri sendiri. Bisa jadi Allah ingin mengajariku menyelesaikan masalah yang ada dalam diriku lewat anak-anak itu.

Selesai cuti, aku mulai belajar mengenal anak-anak. Mencari tahu apa yang melatarbelakangi mereka menjadi pembuat masalah. Ternyata kehidupan yang mereka jalani cukup berat. Mereka berlimpah secara materi, tapi banyak yang hatinya kosong dari kasih sayang. Masalah yang mereka buat adalah bentuk protes sekaligus mencari perhatian dari orang tuanya. Fakta ini membuatku mulai bisa mengontrol emosi dan perasaan. Aku bisa lebih tenang menghadapi mereka. Kami mulai banyak ngobrol santai. Dari obrolan itu, aku jadi tahu, bahwa semua anak-anak itu suka ngopi. Mereka sering cabut dan nongkrong di kafe langganan. Akhirnya kami membuat kesepakatan, dinding kelas kami dekorasi seperti dinding kafe. Di kelas selalu tersedia kopi, cangkir kertas, gula dan donat. Semua itu disediakan oleh anak-anak secara suka rela. Kelas yang awalnya cukup horror bagi para guru, pelan-pelan berubah jadi hangat. Anak-anak itu tidak lagi berpikir mau cabut atau membuat masalah. Bagi mereka, semuanya bisa dibicarakan baik-baik saat ngopi.

Aku mulai menyukai aktivitas mendengar curhatan anak-anak secara pribadi. Baik di sekolah atau lewat media sosial. Curhatan itu beragam isinya, mulai dari masalah di rumah, siapa laki-laki yang mereka sukai, membahas mimpi dan cita-cita sampai obrolan receh. Tiap pagi dan pulang sekolah mereka minta dipeluk. Ajaibnya, semua itu membawa perubahan positif pada diriku. Mood-ku mulai stabil. Tidak lagi berubah-ubah tanpa alasan. Beberapa kali memang sempat marah atau sedih berlebihan, tapi ada saja diatara anak-anak itu yang segera memeluk. Memberi semangat.

“sabar ya, Mak. Maafkan kami kalau masih sering buat mamak sedih dan marah!” itu kata mereka.

Nyessss, hati langsung adem rasanya. Kata-kata dan pelukan mereka lebih ampuh dari obat manapun. Di sekolah kami, panggilan ummi itu biasa bagi guru perempuan, tapi panggilan mamak atau mama itu hanya mereka berikan untuk seseorang yang mereka anggap ibu. Mereka sering menyebutku guru rasa emak. Emak yang tidak sempurna tapi mau menerima mereka apa adanya. Itu penilaian mereka. Aku tidak fokus pada penilaian itu. Biarlah itu jadi bonus. Aku bisa berubah karena mereka saja itu sudah merupakan anugerah yang aku syukuri hingga kini. Dua tahun mendampingi mereka sebagai wali kelas, memberi banyak pelajaran berharga buatku. Bahkan sampai mereka jadi mahasiwapun, tetap banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari cerita mereka yang berlanjut sampai sekarang. Terima kasih anak-anakku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Siswa-siswi memang butuh orang yang mendengar dan memperhatikan mereka. Alhamdulillah kita diberi kesempatan jadi guru, ya bunda.

04 Jul
Balas

saya suka judulnya bu, unik.. Ibu ngajar dimana?

03 Jul
Balas

Di SMAS Al Fityan Medan pak Judulnya saya ambil dari kategori award yang dikasi OSIS ke saya tahun 2017

03 Jul

Wow.. ceritanya menyentuh banget ..

03 Jul
Balas

Bingung mau nulis apa kak. Jadi nulis apa yang lagi dirasaka aja. Lagi tindik sama mereka. Jadi nulis tentang proses bersama mereka

03 Jul



search

New Post