Rianti 67

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DASTER LAGI, LAGI-LAGI DASTER

TANTANGAN 30 HARI MENULIS. HARI KE-22

#TantanganGurusiana

DASTER LAGI, LAGI-LAGI DASTER

Oleh : Ria Riantini, S.Pd

Mengutip sebuah postingan via FB dari Ibu Diah Endah Mardiah rekan kerja satu sekolah.

Baju dinas sebelum ada wabah Corona

Senin dan Selasa, baju Pemda

Rabu , rok jeans atasan putih

Kamis, berbatik

Jum’at, Bergamis

Sabtu – Minggu, Baju bebas

Baju Dinas sesudah ada wabah Corona

Senin, Selasa, daster

Rabu, daster lagi

Kamis, masih daster

Jum’at, tetep daster

Sabtu – Minggu, pasti daster

Ujungnya-ujungnya jadi daster forever dan daster is the best ….

Postingan setengah bercanda tersebut, menjadi ide penulis untuk setor tulisan di hari ke 22 ini.

Kembali ke postingan yang tadi, penulis menafsirkan mungkin ada semacam kerinduan untuk kembali kepada rutinitas di sekolah sebagaimana biasanya. Memang benar, sejak adanya wabah corona kurang lebih selama 2 bulan ini pakaian seragam yang biasanya dipakai melaksanakan tugas sesuai jadwal, kini tergantung rapih tak pernah disentuh lagi.

Terbayang sosok kawan-kawan satu profesi dengan seragam Pemda nya, anggun dan berwibawa. Begitupun ketika mengenakan seragam lainnya, tetap berkesan. Entah kapan pakaian seragam ini akan dipakai lagi.

Akhirnya setelah terjadi wabah corona yang menuntut untuk tetap di rumah, membuat sebagian ibu-ibu pada umumnya termasuk guru-guru dominan memakai daster sebagai pakaian keseharian. Mengacu pada arti yang ada di KBBI, daster adalah gaun yang sengaja dibuat longgar untuk dipakai di rumah.

Sebagaimana kita ketahui jenis baju ini, pada umumnya bermodel longgar. Bahan yang digunakan biasanya dari batik, katun ataupun bahan kaos, dengan motif dan warna yang bervariasi. Yang penulis rasakan ketika mengenakan jenis baju ini adem dan nyaman. Seringkali sepulang dari aktivitas rutin mengajar, begitu tiba di rumah segera mengganti baju seragam dengan daster. Sensasi nyamannya memang luar biasa. Barangkali ibu-ibu yang lain bisa merasakannya.

Kalau untuk Bapak-bapak, penulis yakin tidak ada yang bisa merasakan kenyamanan ini. Benar kan? Kecuali ketika melihat yang mengenakannya, istri sendiri pastinya. Sebaliknya mungkin ada juga sebagian bapak-bapak yang merasa kurang begitu suka istrinya berdaster ria. Ada sebuah pengalaman yang penulis dengar dari seorang teman.

Baju daster kesayangan di gunting oleh suaminya, saking gak suka si istri pakai daster tersebut. Bahkan ada juga yang suaminya melarang si istri memakai daster. Untung saja penulis punya suami yang tidak terlalu peduli sama apapun yang dipakai istrinya, termasuk ketika mengenakan daster.

Cuma penulis pernah menyimak tausiyah yang disampaikan oleh ustad yang mengisi kegiatan pengajian di majelis taklim. Ustad menyampaikan bahwa seorang istri harus taat pada suami dan menyenangkan ketika dilihat. Jangan sampai katanya, suami pulang kerja istri masih pakai daster, lebih parah lagi dasternya berlubang alias sobek, sudah gitu bau segala macam karena habis aktivitas di dapur. Terbayang kan ?

Alih-alih menyenangkan, suami yang baru pulang kerja jadi ingin balik lagi ke tempat kerja. Itu cerita ustad yang pantas jadi bahan renungan untuk kita sebagai kaum ibu. Kalau suami tidak suka, ya jangan coba-coba. Mengutamakan apa yang disukai oleh pak suami itu lebih utama.

Pada prinsipnya apapun yang dipakai sebaiknya sesuai dengan tempat, waktu dan juga juga usia.

Permata Biru, 18 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Walah....nyuci tetus ....

18 May
Balas

Betul Pak.Tiada hari tanpa nyuci. He heTerima kasih sudah berkunjung Pak

18 May



search

New Post