#TantanganGurusiana

Hari ke 23

“Ibu tahu, Rafi sangat mencintai Yasika. Rafi tau kan kalau Ibu juga sangat menyayangi Yasika, Tapi Ibu harap pikirkanla Nak, bukan untuk dirimu…semua ini demi buah hati kalian, demi Hanna tanda cinta kalian. Kasihan Hanna, dia masih butuh perhatian dan kasih sayang seorang Mama.” Ibu berkata dengan airmata yang berderai.

“Papa, Hanna sudah siap,” Hanna sudah berada di dekat kami.

Kedatangan Hanna yang tiba-tiba, membuat Ibu cepat-cepat menyeka air mata yang tertumpah. Terlambat, gerakan Ibu kalah cepat dengan netra Hanna yang terlanjur melihat.

“Loh, kenapa Nenek menangis? Nenek mau ikut Hanna dan Papa ke rumah Mama ya?” sambung Hanna melihat air mata yang masih tersisa di wajah Ibu.

“Tidak apa-apa Sayang, Hanna pergi dengan Papa aja ya. Nenek mau masak sop daging kesukaan Hanna. Nanti Hanna datang, tinggal makan deh.”

“Sop daging Nek? Asyiik…Hanna suka sop daging bikinan Nenek. Makasih ya Nek.” Hanna memeluk Ibuku dengan manja.

Jemari tangan Ibu membelai sayang kepala Hanna. Mataku memanas, terharu melihat kedekatan Hanna dan Ibu. Sejak Yasika meninggal, Hanna diasuh dan dirawat Ibuku. Hanna merupakan cucu tunggal karena aku pun anak tunggal Ibu. Ayahku, Kakeknya Hanna sudah meninggal dunia karena sakit, dua tahun setelah pernikahanku dan Yasika.

“Assalamualaikum Mama, ini Hanna datang Ma. Hanna sangat rindu dengan Mama… Kata Papa, kalau Hanna mau jumpa Mama di surga, Hanna harus jadi anak baik dan saliha…Hanna sekarang ngajinya sudah mau iqro 4 loh Ma.”

Setiap ke makam Yasika, Hanna selalu bercerita tentang apa saja. Cerita tentang kegiatannya di rumah ataupun di sekolah. Biasanya aku diam dan hanya menyimak apa yang dibicarakannya.

“Mama tau, setiap Hanna melihat teman-teman Hanna dijemput dan ditungguin Mamanya. Hanna pengen nangis Ma…Hanna juga mau seperti mereka Ma, Hanna ingin di peluk-peluk dan disayang Mama. Kalau Hanna nangis, Ibu guru Zahra selalu peluk Hanna, kata Ibu Zahra…kalau Hanna kangen sama Mama, Hanna boleh peluk-peluk dan panggil Bu Zahra dengan Mama. Bu Zahra cantik deh Ma, kata Bu Zahra…Mama Hanna sahabat Bu Zahra dari kecil.” Hanna terus berceloteh tentang segala yang dirasakannya.

Ya Allah, curhatan hati bidadari kecilku seperti meremas hatiku. Sakit…Terngiang dengan kata-kata Ibu tadi. Jika Hanna masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang Mama. Aku menghela nafas panjang...

“Dek, Abang tidak tau harus bagaimana. Apakah Abang harus mendengarkan kata-kata Ibu untuk mencari pendamping hidup Abang dan bisa menjadi Mama buat Hanna. Abang takut, jika itu akan mengkhianati cinta Abang ke Adek.” Aku membatin dalam hati.

“Papaaaa, Hanna sudah selesai cerita semuanya dengan Mama.” Tangan Hanna memeluk ku dan membuyarkan lamunanku.

“Baik Sayang, sekarang kita kirim doa buat Mama ya.” Kata-kataku dijawab Hanna dengan anggukan dan Hanna mengangkat tangannya siap berdoa.

Bersambung