DEMI TANDA CINTA (Bag 2)
#TantanganGurusiana
Hari ke 22
Suasana pemakaman sangat sunyi, hanya terdengar bunyi gemericik air hujan. Ritmenya merasuk dan memberikan ketenangan pada jiwaku yang hampa. Aroma tanah basah tercium memberikanku terapi rasa.
“Dek, abang pulang ya…”akupun membaca Alfatihah dan terakhir mengucap salam, dengan hati yang berat meninggalkan gundukan tanah tempat peristirahatan terakhir Yasika, istriku tercinta.
Aku menyetir mobil dengan pelan, hujan semakin turun dengan derasnya. Guntur dan kilat saling menyambar, pandanganku kabur karena kaca mobil mengembun. Aku harus ekstra hati-hati karena jalanan menjadi sangat licin dan resiko untuk kecelakaan lumyan tingggi.
Niat awal untuk ke kantor setelah dari makam Yasika menjadi batal, tidak mungkin aku ke kantor dengan kondisi baju yang basah kuyup. Akhirnya, aku putar haluan kembali ke rumah untuk berganti pakaian.
“Papaaa, Papaaa…” pekik suara Hanna terdengar gembira mendengar bunyi mobilku memasuki garasi rumah.
Selangkah aku turun dari mobil, Hanna sudah berlari menghampiri dan bersiap memelukku, langkahnya tertahan ketika melihat bajuku yang basah.
“Kenapa baju Papa basah? Kan Papa naik mobil? Apa mobil kita atapnya bocor ya Pa? jangan-jangan Papa sengaja ya mau main hujan-hujanan? Pertanyaan Hanna yang bertubi-tubi dengan celotehnya yang khas membuatku tertawa.
“Tadi Papa dari rumah Mama, Nak, di sana kan ngga ada tempat untuk berteduh jadinya Papa kehujanan” jawabku membuatnya mendelikkan matanya yang bulat.
“Papa kok ngga ngajak Hanna ?” Hanna protes dengan mulut manyun dan tangan disilangkan di dada tanda kalau dia marah.
“Maafkan Papa ya Sayang, besok pagi kita ke rumah Mama ya. Besok Hanna libur sekolah dan Papa juga libur kerja jadi kita bisa pergi bersama."
“Oke Pa, sekarang karena Papa belum berangkat kerja, Hanna diantar Papa ya Pa ke sekolahnya. Please?” wajahnya memelas supaya keinginannya dikabulkan.
“Iya cantik, Hanna sarapan dulu ya. Nenek udah bikin nasi goreng kesukaan Hanna. Papa juga mau ganti baju dulu kan kasihan Papa udah kedinginan tuh.” Ibu mendekati aku dan Hanna cucunya.
“Baik Nek, Hanna sarapan dulu ya Pa, Horeee, hari ini Papa yang ngantar Hanna ke sekolah.” Dengan raut gembira Hanna meloncat kegirangan.
Waktu Yasika meninggal, usia Hanna baru 4 tahun. Sedikitpun Hanna tidak mau jauh dari tubuh ibunya yang terbaring kaku. Dia terus memanggil “Mama…Mama…” dan pada saat jenazah Mamanya dimasukkan ke liang lahat, Hanna histeris dan menangis sambil mengucap “kasihan Mama, pasti Mama kedinginan…jangan dilempar tanah, pasti Mama kesakitan…kasihan Mama”. Aku dan semua yang ada di sana tak kuasa menahan tangis.
Sejak itu, Hanna selalu kuajak ke makam Yasika. Aku berharap Hanna mengerti, bahwa Mamanya telah pergi untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali. Mungkin kelihatannya aku Papa yang kejam, anak sekecil itu dipaksa menerima kenyataan bahwa Mama yang sudah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh cinta sudah tiada.
****
“Rafi, maafkan Ibu Nak, bukan maksud Ibu untuk membuatmu sedih. Yasika sudah satu tahun pergi meninggalkan kita. Sudah saatnya Rafi mencari pengganti untuk menjadi pendamping hidupmu Nak.” Aku tersentak mendengar kata-kata Ibu yang begitu tiba-tiba.
“Kenapa Ibu tiba-tiba bicara seperti itu Bu? Aku sama sekali belum terpikirkan tentang itu. Tidak aka nada yang bisa menggantikan posisi Yasika di hatiku Bu,” kata-kataku bergetar, hatiku terasa bergemuruh mendengar ucapan Ibu.
“Ibu tahu, Rafi sangat mencintai Yasika. Rafi tau kan kalau Ibu juga sangat menyayangi Yasika, Tapi Ibu harap pikirkanla Nak, bukan untuk dirimu…semua ini demi buah hati kalian, demi Hanna tanda cinta kalian. Kasihan Hanna, dia masih butuh perhatian dan kasih sayang seorang Mama.” Ibu berkata dengan airmata yang berderai.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Good mom
Mksh Ibu
Mantappp....lanjuttt
Auk Yoong hihi
Bagus Ca. Dak sabar menunggu kelanjutannya.
Keren kk lanjut...
Hehe hmpir telat Bu smlm jam 12 kurang postingnye
Mantap.. Lanjutkan Bu
Mksh Bunda
Duhhh keren banget.. salam semangat
Hehe Mksh Bunda
Bagus ceritanya bu...
Mksh Bunda
Ditunggu lanjutanx....
InsyaAllah kk
Mantap, seorang wanita menulis cerita dgn sudut pandang pria
Tolong saran n kritik ye Pak...krn gik memandai baru ini buar crt sbagai cwok hehe
Keren bu, nunggu kelanjutannya...
Hehe insyaAllah ya Bun...smg dpt ilham
Bgs jln ceritanya...Smoga smakin greget d cerita lanjutannya.Di tunggu buu..
Mksh Ibu