Lala, Helm dan Lampu Merah
#TantanganGurusiana
Hari ke 17
“Ibu mau kemana?” Tanya Lala melihatku sudah bersiap-siap memakai gamis dan jilbab.
“Memangnya menurut Lala Ibu mau kemana? Nggak kemana-mana kok.” Kataku sambil senyum menggodanya.
“Ibu bohong yaaa, kan kalau di rumah ibu cuma pake daster. Sekarang pake baju panjang, Ibu mau ke Pasar ya?” Kata-katanya membuatku tertawa, ini anak ternyata jeli juga sampai tahu pakaian kebesaran Ibunya kalo lagi di rumah.
“Ibu mau ke Pasar. Baro, Lala mau ikut?” secepat kilat Lala menjawab tanyaku dengan anggukan kepala berulang-ulang.
Lala merupakan anakku yang ke tiga. Dari ke empat anakku, Lala merupakan anak yang paling lincah dan ekspresif. Jika ada sesuatu yang menarik baginya, maka harus siap-siap menjawab pertanyaannya berulang-ulang sampai dia merasa puas dengan jawaban kita.
Dalam perjalanan ke Pasar, di simpang tiga dekat Polres. Kami berpapasan dengan dua remaja laki-laki yang mengendarai motor PCX, mereka tersenyum kearah kami. Aku membalas senyum mereka yang ternyata merupakan siswaku di sekolah. Aku hanya geleng-geleng kepala sambil menunjuk ke helm ku memberi isyarat karena melihat mereka tidak memakai helm. Hanya sekilas karena kendaraan mereka sudah melaju dan berlalu.
“Abang-abang itu murid Ibu?” Tanya Lala.
“Kok Lala tahu?” Aku balik nanya menggodanya.
“Ya tau la, kan biasanya kalo ada abang-abang atau kakak-kakak negur Ibu pasti murid Ibu,” ceriwisnya membuat aku tertawa.
“Kok abang-abang itu nggak pake helm Bu? Kan kalo naik motor harus pake helm ya Bu?”
“Iya Nak, besok Ibu mau kasihtau mereka ya kalo naik motor harus pake helm. Malu sama Lala ya, Lala aja ngerti.” Jawabanku membuat Lala tertawa.
Padahal dalam hatiku membatin, sudah sering ngasihtau mereka bahkan dengan contoh kejadian kecelakaan yang aku alami, sehingga membuat kakiku pincang sebelah. Aku selalu memakai helm yang dikaitkan, sehingga saat kecelakaan dan aku melayang di udara kemudian terhempas, helm itu tetap melekat di kepalaku. Ketika helm dilepas bagian leher belakangku agak bengkak dan memar. Andaikan helm itu terlepas, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kepalaku. Maksud hati cerita kepada mereka supaya mereka berhati-hati, karena walaupun di usia mereka belum boleh memakai motor tetapi kadang orangtua mereka sendiri yang mengizinkan. Tapi, yang namanya anak-anak, mungkin omongan gurunya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Beberapa saat kemudian, kami sampai di simpang empat kampung ujung, saat itu lampu lalu lintas berwarna merah. Aku pun berhenti, kalau dulu jika mau belok kiri walau lampu lalu lintas berwarna merah boleh jalan, tapi sekarang sudah ada aturan yang walaupun belok kiri tetap harus berhenti.
“Coba Lala masih ingat ngga, arti warna lampu lalu lintas?” tanyaku dengan Lala.
“Hijau artinya jalan, kuning artinya berhati-hati, merah artinya berhenti. Benar kan Bu?” Jawaban Lala benar semua, karena dari kecil tiap lewat simpang lampu lalu lintas pasti ditanyain arti warna lampunya. Hehe
“Sip, pintarnya anak Ibu,” kataku memuji Lala.
“Kok orang itu nggak berhenti Bu?” Lala bertanya ketika ada satu kendaraan bermotor yang tetap melaju kendaraannya belok kiri padahal lampu berwarna merah. Padahal jelas-jelas loh ada plang yang dipasang jika dilarang belok kiri ketika lampu lalu lintas berwarna merah.
“Oh orang itu nggak sepintar Lala Nak, mungkin orang itu nggak ingat arti lampu berwarna merah.” Jawabanku seadanya.
Lalapun diam, dan aku bersyukur Lala nggak nanya-nanya lagi pas lampu sudah berwarna hijau dan kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Baro.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
tulisan yang bermanfaat. Bagus.
Mksh Bu
Bagus cerite e. Ade koreksi sikit, ade tulisan lampu "hijau berhenti"
Jhhaha iye Bu la diedit. Mate la 5 watt Bu. Mish ibu cantik
Ceritenye keren kk, pstilah sepanjang jalan mulutnye dak bediam ceriwis, cerite ini bgs ikut Cernak kmrik ke
Ikut Bu, tapi ukan yg ini yg dikirim. Ini baru buat semalam la pas waktu la kan hbis hhahaha. Ye Bu sisil to ceriwis ape sj dtnyae kdng capek jawab die nanya trs
Lala anak yang cerdas.
Anak cerdas Bu..moga jadi anak Sholehah lala
Aamiin..mksh Bunda
Hehe.... keren banget... salam semangat
Mksh Bunda
Saya suka, terimakasih
Terima kasih Ibuuu, sdh mampir dan mmbca tulisan sy
ha..ha.., pembelajaran yg bagus utk Lala,..mengambil kesimpulan cerdas dr kejadian, ibunya jg pintar, belajardr kecelakaan he..he.., artikel mendidik, bagus bu..salam
Iya Pak, sy sll menceritakan kjdian kclkaan sy spy mrka ngmbil pljran tp anak zaman now Pak...kdng ga hbis pikir
bagus ceritanya.
Cerita yg sederhana ya Bu hehe
Keren...
Tinggal bbrp menit waktu hbis kk ngirimnye itu hehe
Tanpa disadari, tulisan ini mengingatkan kita ttg tata tertib berlalu lintas d jln raya.Tksh ibu..Bijak lala dan pintar.Semoga jd anak yg soleha dan sukses nntinya.
Aamiin...mksh Bunda