SERIBU TANYA UNTUK BANG ILHAM
#TantanganGurusiana
Hari ke 19
Suara cecak memecah kesunyian yang aku rasakan, mencoba memejamkan mata tetapi sia-sia karena aku tidak merasakan kantuk sedikitpun. Mataku beralih menatap jam di dinding, sekarang sudah pukul sepuluh malam. Bang Ilham suamiku belum juga pulang. Ah mungkin lagi banyak kerjaan dari Bosnya, kan kalau lembur lumayan dapat bonus. Aku mencoba berbaik sangka, walau ada menyisip seribu tanda tanya karena sudah dua bulan ini bang Ilham agak berubah. Pulang selalu lewat dari jam sepuluh malam, kalau dulu biasanya jam lima sore sudah ada di rumah.
Pernah ingin kutanyakan, tapi hatiku takut kalau jawabannya malah akan menyakitkan untukku. Aku belum siap jika nantinya, hal buruk terjadi dalam hubungan pernikahan kami.
Aku dan Bang Ilham sudah menjalani pernikahan selama lima tahun, besok tanggal 18 Maret 2020 adalah tanggal pernikahan kami, biasanya bang Ilham selalu mengambil cuti kerja dan mengajak aku untuk pergi ke tempat yang aku sukai. Walau masih di dalam kota, setidaknya kami bisa menginap di hotel dan pergi sesaat dari rumah kontrakan kami yang bedeng dengan kontrakan yang lain.
Suara tangisan bayi yang aku rindukan dan bisa menghiburku saat sepi pun tak jua kunjung hadir, kami sudah berusaha supaya aku bisa hamil. Alternatif dan medis kami jalani, semua mengatakan kalau kami baik-baik saja. Aku yakin Allah yang Maha Tahu kapan waktu yang tepat untuk kami memiliki buah hati.
Bunyi motor bang Ilham membuyarkan lamunanku, aku beranjak dari pembaringan. Membenahi rambut dan becermin, sekilas tampak wajahku yang agak memucat. Akhir-akhir ini aku memang tidak nafsu makan, mungkin karena pikiranku yang kacau.
“Assalamualaikum,” suara bang Ilham mengucap salam.
“Waalaikumussalam,” aku menjawab salam sambil membuka pintu.
Tampak wajah bang Ilham terlihat sangat lelah, segera aku cium tangannya yang dijulurkan kepadaku.
“Abang sudah makan? Kalau belum adek panaskan dulu lauknya, tadi Adek masak udang saus tiram kesukaan Abang”
“Boleh, tadi abang baru makan sedikit. Sekarang kayaknya terasa lapar lagi. Abang mandi dulu ya.” Jawaban bang Ilham membuatku segera menuju dapur dan menyiapkan makan untuknya.
“Masakan adek selalu enak,” bang Ilham bicara sambil menyendok nasi untuk kedua kalinya.
Aku hanya tersenyum dan memandang bang Ilham dalam diam, aku menanti bang Ilham untuk membicarakan hari jadi pernikahan kami besok. Tapi, sampai selesai makan tidak ada sedikitpun bang Ilham membicarakan tentang itu. Aku membereskan peralatan makan dan bang Ilham melangkah ke kamar. Maksud hati, aku ingin bertanya apakah bang Ilham besok cuti tetapi setiba aku di kamar, terdengar dengkuran halus tanda bang Ilham sudah tertidur dengan nyenyak. Aku hanya bisa menarik nafas panjang, dadaku sesak dan terasa bulir bening mengalir tanpa jeda dari kedua netraku.
Subuh aku terbangun dan merasakan perutku sangat mual. Aku berlari menuju kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutku. Bang Ilham yang sudah selesai shalat subuh menghampiri dan membawa air hangat.
“Adek sakit?” tanyanya.
“Kayaknya adek masuk angin, kemaren Adek Cuma makan nasi sekali karena lagi ga nafsu makan.” Jawabku.
“Adek nanti ke dokter ya, maaf Abang ngga bisa menemani karena sudah ada janji dengan teman.” Aku tersentak mendengar jawabannya.
Pagi sesudah sarapan, bang Ilham pamit dan mencium keningku seperti biasanya. Mulutku terkunci, seribu tanya yang berdesakan ingin meloncat dari tenggorokan tercekat. Lidahku terasa kelu.
Hari ini, hari pernikahan kita yang ke lima bang, Setega itukah abang melupakan begitu saja hari jadi pernikahan kita, siapakah teman yang begitu sangat penting dan bisa membuat abang melupakan hari bahagia kita, rasanya badanku limbung menerima kenyataan ini. Ya Allah, aku mohon jangan biarkan rumah tanggaku hancur berantakan.
****
Nomor antrian 5, sebentar lagi aku dipanggil. Sekarang sudah nomor antrian 4. Aku mengikuti saran bang Ilham untuk berobat ke dokter. Aku merasa badanku benar-benar tidak fit. Tidak lama, aku dipanggil ke ruang periksa, waktu ditanya apa keluhanku aku jawab apa adanya kalau akhir-akhir ini aku tidak selera makan dan sering mual. Aku diperiksa, kemudian dengan senyum penuh arti dokter mengulurkan tangan kepadaku.
“Selamat ya Bu, Ibu sekarang sedang hamil. Bapaknya tidak menemani Bu? beliau pasti senang mendengar kabar bahagia ini.” Aku terpana, apakah aku tidak salah dengar. Aku seakan tak percaya dengan apa yang aku dengar. Tapi jabat erat Ibu dokter memastikan kalau ini bukan mimpi.
Ya Allah, aku bingung aku tidak tahu harus bagaimana, harusnya aku sangat bahagia penantian panjangku untuk memiliki anak terkabul. Tepat di hari ini, hari jadi pernikahan kami harusnya kami pasangan paling berbahagia karena mendapat hadiah yang istimewa. Suara dering gawaiku, kulihat bang Ilham mengirim pesan.
[Dek, lagi di mana? Abang sekarang lagi di rumah teman, dia minta adek segera datang ke sini menemuinya] bunyi pesan bang Ilham membuatku khawatir.
Belum sempat aku membalas, datang lagi pesannya dan memberiku sebuah alamat. Aku segera memesan grab, dalam perjalanan aku bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Aku jadi cemas dan khawatir, apakah bang Ilham telah mengkhianati pernikahan kami. Ah aku buang jauh-jauh prasangka itu.
Grab berhenti di depan sebuah rumah yang lumayan besar, sepertinya rumah ini baru. Di depan tampak beberapa kendaraan, ada motor bang Ilham dan satu kendaraan yang tampak tidak asing tapi aku segera melangkah untuk menemui bang Ilham.
Pintu rumah tertutup rapat, aku pencet bel berulang-ulang karena pintu tak juga segera dibuka. Ya Allah pikiranku berkecamuk, akhirnya pintu terbuka dan bang Ilham yang membukakan pintu.
“Rumah siapa ini Bang?” aku bertanya menahan tangis.
Bang Ilham tidak menjawab dan segera melangkah ke dalam rumah, aku mengikutinya.
“Surpriseeee…”
Mataku terbelalak, di dalam rumah tampak semua orang yang aku sayangi. Ada Ayah dan Ibuku, Papa dan Mama bang Ilham serta saudaraku dan saudara bang Ilham.
“Maafkan Abang ya Dek, selama dua bulan ini abang selalu pulang malam karena Abang selalu kesini menyiapkan rumah ini untuk Adek tepat di hari jadi pernikahan kita yang ke 5. Abang ingin memberikan hadiah terindah buat Adek di hari bahagia kita.” Bang Ilham mengucap dengan suara serak menahan haru sambil memelukku.
Aku tak kuasa menahan tangis, bersyukur semua yang aku takutkan tidak terjadi.
“Bang, Adek juga punya hadiah buat Abang. Penantian kita dan doa-doa kita terkabul Bang, sekarang Adek lagi mengandung anak Abang. Adek hamil Bang.” Kata-kataku membuat bang Ilham terperangah tak percaya, aku mengangguk meyakinkan dan bang Ilham sujud syukur.
Bang Ilham memelukku dengan penuh kebahagiaan. Hari ini merupakan hari terindah dan akan menjadi memori yang tak akan terlupa sepanjang hidup kami. Seribu tanya untuk bang Ilham terjawab sudah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya Allaaah...kebahagiaan yang bertumpuk tumpuk..patut disyukuri
Ya Bu Alhamdulillah...
So sweet, smg lancar hingga persalinan ya bu
Aamiin, iya Bu biar bang Ilham tmbh bahagia hehe
Keren...mantapp la suprise dari bang Ilham...
Auk yong, la mepet waktu jd surprisenye rmh aja la...mule nak pesiar n intan berlian hhhaa
Alhamdulillah, ternyata ilham tengah malam membawa berkah menjd cerpen yg keren, mantap kk
Jhhhaha auk Bu, pas liat koment kawan2 trs kmek bls candaan kok trpikir buat cerpen ilham. Mulai deh nulis
Ya Allah, turut bahagia dengan kebahagiaan yang berlapi-lapis ini, Buu!
Ya Bu Alhamdulillah
Selamat ya Bu, moga debay dan ibunya selalu sehat
Aamiin
Alhamdulillah ...endingnya happy... tulisan yang keren...salam cinta
Trm kasih Bunda
Ikut terharu dan berkaca-kaca..
Mksh Bu
Dari ilham aja dapat dibuat cerpen keren lah bu say satu ini hee
Mksh sayangku...yuk buat jua.
akhir cerita yang bahagia
Akhirnya bang ilham memberikan kebahagiaa, selamaat
Akhirnya si abng datang dak jd remedi Bu hihi
Illham cerpen dari bang llham...keren...
Tebalik kk...cerpen bang ilham dpt dr ilham jhhhaha
Wow, cerpan yang bagus.
Mksh Pak
Alangkah indahnya dan bahagianya punya suami seperti Bang Ilham, semoga bukan khayalan semata.
Khayalan Bu, dpt ilham tngah mlm akhirnya jd cerpen bang ilham hehe
Hm..cerita yang py edukasi tersendiri.Kebahagiaan yg diperoleh sekaligus.Py rmh baru dan bakal py kel mungil yg baru.Perpect..
Terima kasih Ibu cantik