Oleh : Ridha Rokhani, S.Pd.

Baru baru ini telah terjadi kekerasan fisik oleh guru di salah satu sekolah menengah pertama di Jawa Timur. Kejadian ini viral di media sosial dan masih hangat diperbincangkan. Dilansir dari Youtube Kompas TV, seorang siswa tidak bisa menjawab soal dan menyampaikannya dengan nada yang membuat sang guru emosi dan memukul siswa tersebut. Peristiwa lain juga terjadi di awal tahun 2022 ini. Tidak sanggup menyelesaikan 100 kali Push Up, Kepala Sekolah di Palembang menganiaya siswa SMP. Peristiwa ini terjadi akibat keterlambatan siswa.

Kasus kekerasan di sekolah yang beberapa kali terjadi pada awal 2022 ini benar-benar mencoreng muka dunia pendidikan. Pasalnya, sekolah dianggap sebagai tempat bagi para siswa berproses menjadi “orang baik dan cerdas”. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi sekolah secara umum dilansir dari Maxandmore, yaitu memberikan pengetahuan umum. Setiap manusia akan mengalami masa sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan. Oleh sebab itu, fungsi sekolah ada untuk mengajarkan banyak hal mengenai pengetahuan umum, yang belum pernah dikenal sebelumnya. Termasuk mengenal hubungan yang baik dengan seluruh civitas sekolah. Namun, bagaimana jika dalam praktiknya, orang yang seharusnya menjadi panutan di sekolah justru memberikan pandangan yang tidak baik bagi siswa? Tentu siswa tidak akan merasa nyaman di sekolah.

Mengapa orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah unggulan? Menurut Syarifah Rahmah pada jurnal ilmu-ilmu Pendidikan vol.7 no.1 (2016), Sekolah unggul umumnya memiliki ciri khusus, di antaranya siswa yang cerdas, guru yang profesional, disiplin, berdedikasi tinggi, cerdas, mampu menciptakan desain, strategi, model dan metode pembelajaran, ramah dan dapat berbaur dengan sesama guru dan siswa. Proses pembelajaran yang dijalankan berjalan menyenangkan, kepala sekolah yang baik dan mampu bertindak sebagai manajer yang baik. Bisa dikatakan bahwa sekolah tersebut memiliki lingkungan yang berkarakter. Setiap sekolah memiliki potensi untuk menjadi sekolah unggulan.

Miris sekali jika melihat kekerasan di dunia pendidikan terus menerus terjadi. Perlu adanya kerjasama yang baik dari seluruh warga sekolah untuk menciptakan sebuah lingkungan berkarakter. Jika sebuah sekolah telah memiliki lingkungan berkarakter, bisa dipastikan kekerasan di dunia pendidikan tidak akan terulang kembali. Hal ini sangat bergantung pada kepala sekolah selaku pengambil kebijakan dan pendidik yang merupakan elemen utama di sekolah.

Selain menciptakan lingkungan berkarakter, para pendidik juga perlu membuat kelas interaktif untuk menghindari kebosanan siswa yang berujung ketidakhadiran atau sikap yang tidak baik oleh siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Interaktif yaitu bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif. Sehingga kelas interaktif dapat diartikan sebagai sebuah pengelolaan kelas yang bersifat saling aktif di antara guru dan murid. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan kreativitas guru. Salah satu contoh menciptakan sebuah kelas interaktif yaitu dengan membuat kuis di akhir pembelajaran dengan quizizz, mendesain penjelasan pembelajaran menggunakan powerpoint dengan tambahan menu classpoint, dan masih banyak lagi cara untuk menciptakan pembelajaran di kelas menjadi interaktif. Dengan menciptakan lingkungan berkarakter dan kelas interaktif di sekolah, diharapkan lebih banyak sekolah yang menjadi unggul agar siswa bahagia di sekolah.

Jember, 15 Maret 2022