Ridha

Guru SD N 02 Cacang Tinggi Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web

Biaya Hidup VS gaya Hidup

Seorang rekan di sekolah pernah berujar, yang besar itu sebenarnya bukan biaya hidup, tapi gaya hidup.

Saya membenarkan hal tersebut. Perbedaan yang beliau maksud antara biaya hidup dan gaya hidup itu adalah, biaya hidup merupakan kebutuhan, sedangkan gaya hidup adalah keinginan yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan.

Masalahnya sekarang sebagian orang telah diperbudak oleh gaya hidup.

Saya menulis tema ini karena beberapa waktu lalu ada seseorang yang menyarankan saya untuk membeli sebuah mobil baru.

Ingin? Pasti ada keinginan mempunyai kendaraan sendiri. Namun, uang saya untuk membeli kendaraan baru itu belum cukup.

Kata seseorang itu, "kan bisa pinjam Bank".

Saya menanggapi, "Insya Allah, beberapa tahun lagi, jika rezeki sudah cukup. "

Jika saya memperturutkan gaya hidup, sebenarnya gampang saja untuk mendapatkan mobil baru. Toh, tinggal titipkan SK saja ke Bank.

Namun, saya tidak siap dengan keruwetan dan kepusingan sesudah itu. Gaji bulanan habis untuk setoran hutang. Dan itu tidak sebentar. Bertahun-tahun, puluhan bulan lamanya. Lalu saya hidup dengan perasaan tidak berkecukupan. Semangat kerja saya pasti langsung drop jika gaji sedikit bahkan tidak ada. Apalagi saya tipe orang yang gampang sakit kepala jika punya hutang.

Maka saya putuskan untuk bersabar dulu. Biarlah, biar saja orang mengejek belum punya mobil padahal sudah PNS. Saya tidak peduli. Saya merasa belum terlalu butuh. Saya masih bisa kemana-kemana, urusan saya tetap bisa selesai meskipun tidak punya mobil pribadi.

Saya ingin hidup tenang tanpa banyak hutang. Keinginan untuk memiliki ini itu pasti ada. Tapi saya ingin mendapatkan tanpa terburu-terburu. Tanpa terpaksa keadaan.

Maka benarlah yang dikatakan rekan di sekokah tadi. Gaya hidup ini yang bikin hidup orang diperbudak materi. Hutang sana-sini. Padahal, jika hanya untuk kebutihan hidup sehari-hari, gaji bulanan sudah lebih dari cukup. Namun, sifat manusia tidak pernah mau puas.

Termasuk di bulan Ramadhan ini. Godaan untuk menuruti gaya hidup juga besar. Apalagi di era digital dan sosial media ini. Sekalipun hanya duduk di rumah, pas buka sosmed, bertebaranlah aneka barang untuk menyambut hari raya. Mulai dari baju baru, sepatu baru, gorden baru, gelas baru, tempat kue, dan sebagainya. Jika kita tidak pandai memilah, dan tidak pandai mengendalikan hawa nafsu, rekening bisa kurus kering karena memperturutkan gaya hidup tersebut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Gaya hidup yah Bund, tapi tergantung gayanta juga Bund, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik

06 May
Balas



search

New Post