Ridha

Guru SD N 02 Cacang Tinggi Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita Anak: Puasa Ular

Siang begitu terik. Sebentar lagi akan masuk waktu shalat Zhuhur. Akan tetapi, Adit masih tidur di kasur empuknya. Berkali-kali ibunya membangunkan, rupanya tidak mempan.

Melihat itu, Fahri, abang Adit bersorak dari luar sambil menggedor pintu kamar Adit.

"Hoy, Adit, bangun! Bangun! Sudah siang. Puasa kok molor mulu sih! Kalau puasa kamu kaya gini, setahun juga sanggup. Tidur saja seharian. Seperti ular yang habis makan.

Tidak terdengar sahutan dari dalam.

Fahri menggedor lagi lebih keras.

"Adit... ! Puasanya jangan seperti ular kekenyangan, dong!"

Mendengar suara ribut-ribut di luar, akhirnya Adit terbangun. Pintu terbuka. Adit muncul dengan wajah kusut dan kesal. Sebel sekali Adit karena tidurnya diganggu Fahri.

" Abang ngapain sih, ganggu orang aja", gerutu Adit. Bibirnya cemberut, monyong ke depan.

Melihat ekspresi adiknya itu, Fahri tertawa terbahak-bahak.

"Habisnya, kamu itu, lama banget tidurnya. Kalau kerja kamu cuma tidur seharian setelah sahur, itu namanya puasa ular", Fahri kembali menggoda adiknya.

Wajah Adit memerah karena disamakan dengan ular.

" Sembarangan Abang, menyamakan adiknya yang ganteng ini dengan ular!"

"Loh, emang benar, kan. Ular kalau sudah kenyang, dia kerjanya tiduran saja sampai merasa lapar lagi. Sudah, mandi sana! ", seru Fahri.

Meskipun kesal, Adit menuruti kata abangnya dan mengambil handuk. Kemudian pergi ke kamar mandi.

***

Adit masih terngiang-ngiang ucapan abangnya tentang puasa ular tadi. Apa yang dikatakan Fahri cukup mengusik pikirannya. Sebenarnya betul juga, puasa bukan berarti kita bermalas-malasan seharian. Banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan. Kalau kerja kita hanya tidur seharian, berkah puasa akan hilang. Tapi bagaimana lagi, tidur itu rasanya sangat menyenangkan di bulan puasa ini. Kalau beraktivias, badan terasa cape. Kalau cape, kita tidak boleh makan dan minum. Karena itu lebih baik tidur saja, kan, supaya puasanya aman. Pikiran adit berkecamuk.

***

Merasa tidak puas dengan apa yang ada di pikirannya, Adit menanyakan perihal puasa ular itu kepada ustadz setelah selesai shalat taraweh.

"Maaf pak Ustadz, saya mau nanya, boleh tidak", Adit memberanikan diri bertanya kepada pak Ustadz.

"Tentu saja boleh! ", jawab ustadz sambil tertawa sumringah. Pak ustdaz tampak senang sekali karena ada anak kecil yang ingin bertanya adanya.

" Saya ingin penjelasan tentang puasa ular, Pak", ucap Adit.

Spontan pak Ustadz terkekeh dam mengusap-usap kepala Adit. Kemudian, Pak Ustadz menjelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna Adit.

***

Adit pulang dengan rasa puas. Mulai besok, ia bertekad tak ingin lagi menjalani puasa ular. Kata Pak Ustad, ular juga puasa saat ingin mengganti kulitnya. Tetapi, tidak ada perubahan pada ular setelah berpuasa. Namanya tetap ular, makanannya tetap sama, habitatnya tetap sama, sifatnya tetap sama, cara bergeraknya juga sama.

Lalu, pak Ustadz menyarankan agar kita berpuasa seperti puasa ulat. Ketika menjadi ulat, ia sangat rakus memakan daun-daun dan merugikan manusia. Lalu ulat berpuasa selama menjadi kepompong. Puasa itu memberi perubahan yang lebih baik padanya. Namanya berubah menjadi kupu-kupu. Bentuknya berubah menjadi lebih indah. Sifatnya berubah, dari merugikan, menjadi bermanfaat bagi kehidupan untuk membantu penyerbukan. Habitat dan cara bergeraknya juga berubah.

Adit senang sekali dengan penjelasan pak Ustadz yang ramah itu.

***

Saat sahur.

Fahri masih meledek Adit. " Nah, palingan besok kamu juga puasa ular lagi! "

Adit tersenyum santai.

"Mulai besok, aku puasa ulat", ucap Adit.

Fahri mengernytikan dahi.

"Puasa ulat? Apaan tu? " tanya Fahri bingung.

"Cie.. Abang nggak tahu ya? ", Adit mencibir merasa menang.

Fahri melirik Ayah dan Ibu, minta pembelaan dan penjelasan.

Ibu tersenyum.

" Ayo kita semua puasa ulat. Jangan puasa ular ya. Adit, Fahri, kalau kamu ingin puasa ulat, mulai besok kamu harus rajin beribadah, tidak boleh malas, lakukan kegiatan positif, agar setelah puasa berakhir nanti, kalian jadi makhluk yang terlahir lebih indah", Ibu menjelaskan.

Fahri mengangguk paham. Ia mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Adit.

" Mari puasa ulat, No untuk puasa ular".

Kedua kakak beradik itu kembali kompak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

sahur... sahuuurr.....hhh

13 May
Balas

Hhh pak Yan, makasih udah mampir pak

14 May
Balas



search

New Post