Aku terlambat. Harusnya aku datang lebih pagi agar bisa bercengkrama sepuas-puasnya dengan mereka. Aku berharap, semua masih seindah dulu. Namun, ada bahagia yang rumpang. Mereka tak lagi utuh. Setelah ujian akhir, mereka memiliki kepentingannya sendiri. Ada yang pulang ke kampung halaman, ada yang pergi ke tempat saudara, ada yang enggan pergi ke sekolah karena suasana bulan Ramadhan.

Aku canggung.

Kebahagiaan ini tidak lengkap. Tidak seindah masa-masa terjadinya proses pembelajaran.

Dimana Jingga. ..

Kemana dia?

Dia yang paling sesegukan menangis saat aku pergi, dia yang berkali-kali menemuiku dan memelukku erat, seolah tak ingin biarkan aku pergi.

Aku rindu. Aku tahu dia juga rindu.

Lalu, dimana si kembarku Hasan Husen. Mereka juga tak datang.

Dimana si cantikku Caca.

Dimana si pintarku Syifa.

Dimana si nyinyirku Yudha.

Dan kesayangan-kesayanganku yang lainnya.

Kapan kita bertemu lagi.

Aku rindu canda tawa dan cerita polos kalian.

Aku selalu terbayang isak tangis kalian saat melepas kepergianku. Bukan, bukan isak lagi, tapi luapan tangis di Sabtu itu.

Sungguh tak terlupakan.

Semoga masih ada waktu untuk kita berkumpul lagi. Utuh. Genap 42 orang.