Sendiri. Langit semakin kelam. Namun, langit kali ini sedikit berbeda. Ia menyimpan rahasia. Aku tak tahu. Aku tak mengerti salahku dimana. Tiba-tiba beberapa hari ini hanya kutemui hening di rumah ini. Tidak ada cerita. Tidak ada tawa. Bahkan tidak ada seulas senyuman pun.

"Sudah makan? " tanyaku.

"Sudah"! Ia menjawab singkat. Ia hanya mengganti baju lalu pergi lagi.

Ia tidak menanyakam kabarku. Ia tidak mendekatiku. Aku pin tidak berani bertanya.

Mungkin dia sedang ada masalah. Biar saja. Nanti juga baik sendiri, pikirku menghibur diri.

Jujur, aku kurang pandai berhadapan dengan dia yang diam seperti ini. Aku takut mendekat. Aku takut menyentuh. Wajahnya tidak bersahabat.

***

Aku sendiri bermain gawai sambil menunggu dia pulang. Entah, apakah dia pulang malam ini? Aku tak ingin memikirkam hal-hal buruk dan menyedihkan karena itu hanya akan membuatku sakit.

"Terserah saja dia pulang atau tidak. Aku ingin tidur. Aku harus jaga kesehatan", gumamku dalam hati.

Cape bermain gawai, akhirnya aku tertidur.

***

Jam satu malam, ia mengetuk pintu. Aku menyambutnya dengan senyuman. Tapi ia hanya diam. Tidak ada ekspresi. Datar. Seperti bengis.

"Mungkin dia lelah", aku masih menghibur hati.

Aku ingin melanjutkan tidur. Tapi aku terganggu. Ia gelisah. Namun tak ada kata, tak ada suara. Ia tidak melirikku sama sekali. Aku ragu untuk mendekat.

Apa salahku.

Kesabaranku habis. Aku tidak suka diperlakukam seperti ini.

Maranhpun aku terima, asalkan jelas salahku dimana.

Namun, hanya hening yang kutemui.

Hatiku penuh. Ini sudah jelas ia bermasalah denganku. Tapi ia tidak bilang apa-apa.

Aku bingung.

Aku menelungkupkan wajah ke bantal. Lalu butiran hangat meleleh di pipiku. Aku tidak mampu menahan perasaanku.

***

Hening. Benar-benar hening. Aku tidak mengerti dengan semua ini.