✍✍✍

Warna orange banyak disukai orang saat ini. Kecerahan warnanya menyilau mata dan menebar pesona keindahan saat menyatu pada dinding rumah atau sekolah. Orange memang sangat memikat hati di hari ini. Sepulang sekolah melintasi jalanan trans sulawesi menuju kediaman keluarga kecilku. Ku pandangi dipinggiran jalan ada salah seorang warga menjual si orange dengan menggantungnya di pondok pinggiran jalan. Aku pun langsung membalikkan arah motorku menuju si orange yang lagi tergantung. Melakukan negosiasi dengan harga yang lumayan turun dari harga pertama, yakni dari 50.000 menjadi 40.000.

✍✍✍

Transaksi pun terjadi, si orange kubawah pulang. Sesampainya di rumah ia kusimpan dalam tempayan berisi air, agar ia masih bisa menikmati hidupnya. Tetiba malam hari, ia kurebus sampai warna aslinya hitam dan kecoklatan itu menjadi berubah orange sebagai pertanda telah matang. Setelah matang, kuabadikan dalam sebuah foto dan ku posting di medsos. Like dan komentar teman pun langsung menyeruak dan memberi komentar yang bermacam-macam. 

✍✍✍

Komentar dengan gambar lidah menandakan mereka pengen juga. Adapula yang berkata sedap sekali. Tapi, yang menakutkan ada juga yang berkomentar hati-hati kolesterol. Pastinya aku fokus pada komentar yang mengingatkan itu, yaitu kolesterol. Tak dapat kita pungkiri bahwa si orang memang pemicu naiknya kolesterol seseorang. Bukannya aku mengabaikan itu. Tapi, hanya pengen saja. Sebab, sesekali saja ada orang jual si orange. Kebetulan juga sudah lama tak menikmatinya lagi. Berdoa saja semoga kolesterol menjauh, tergantikan dengan kelezatan dan tak berisiko. Mencoba untuk mencicipinya, karena selama ini aku makan tidak terasakan gejala itu. Oh kepiting memikat semua orang yang melihat kilauan warna orange saat kau matang.