✍✍✍

Semenjak robohnya surau kenangan itu Aku dan Emak tak lagi malam mingguan di kebun. Tetapi berganti di hari minggu jadwal kami pergi membersihkan kebun dan memetik buah coklat yang sudah siap panen. Pekerjaan itu kami lakukan saat aku liburan semester pada perkuliahan. Ketika aku dalam proses menempuh pendidikan di tempat nan jauh di sana. Kasian emak berangkat ke kebun dengan sendirian tanpa bermalam. Aku sebagai anak tentulah sangat risau hati mengingat di usianya yang senja, emak masih ke kebun.

✍✍✍

Perkuliahan selalu kujalani dengan semangat buat emakku. Lamunan surau kenangan terus hinggap di pelupuk mata dan rasa yang tak akan terlupakan sepanjang hidupku. Keinginan anak emak untuk sekolah begitu besar, sampai-sampai emak membuat Surau di kebun buat ngerawat kebun kehidupan. Sebagai anak emak yang susah aku harus sabar menjalani kuliah dengan pakaian seadanya, makanan juga seadanya, ke kampus pun naik taksi. Tak seperti teman lainnya yang naik motor dan mobil pribadi.

✍✍✍

Aku dapat bertahan menjalani kehidupan kota yang gemerlap dengan kemegahan dan lalu lalangnya kendaraan. Makanan enak pun yang menggugah selera tak sanggup ku gapai dengan rupiah dari emak. Alhamdulillah semua kulalui dengan ikhlas dan sabar demi impian membahagiakan emak. Aku ingin membuktikan bahwa robohnya Surau kenangan tak menyurutkan cita-citaku untuk membangun Surau masa depan yang bagi emak.

👇👇👇

👉Bumi Khatulistiwa Menulis

👉Parigi Moutong (Sulteng)

🙏🙏🙏Tabe Kakita Pura