Hari ini aku dan bu Indah menunggu siswa kelas 9 di ruang IPA. Try out yang dilakukan sejak hari senin sampai sabtu menyisakan berbagai tragedi yang lucu dan menggemaskan. Sejak tanggal 10 april 2023 kelas akhir dari jenjang menengah ini memang harus berjibaku dengan prestasi akademik agar memperoleh hasil yang maksimal.

CBT atau Computer Based Tes sudah dilakukan untuk kedua kalinya di sekolahku. Siswa yang sudah terlanjur terbiasa dengan gadget membuat mereka terampil mengerjakan. Pada kenyataannya ketika menghadapi tes, berbagai tingkah laku muncul kepermukaan. Mulai dari terlambat masuk pada aplikasi, hingga memiliki hobi baru, yaitu log out berkali-kali.

“Bu...cape, boleh nggak duduk di bawah?” tanya Ridwan,

“Hm...,” dehemku,

“Tadi jam pertama boleh kok,” tukasnya lagi,

“Masak iya...,”

“Iya bu,”

“Betul, bu,”

“Boleh...asal tetap sesuai dengan tempat duduknya,” jawabku,

Langsung terdengar suara riuh karena kursi bergeser. Ruang IPA memang unik, tempat ini biasanya hanya digunakan untuk kegiatan eksperimen eksakta. Jadi kurang tepat bila ditata seperti kegiatan kelas. Namun karena sekolahku memiliki medan yang naik turun maka panitia memaksakan menggunakan ruang IPA. Selain mudah untuk memantau siswa dalam mengerjakan try out, guru juga tak terlampau lelah.

Kebebasan yang kuberikan ternyata membuat siswa menjadi salah mengartikan. Dimulai dari rasa kasihan melihat duduk tak nyaman. Bagaimana tidak? Siswa pria rata-rata tinggi besar, sedangkan jarak antara tempat duduk dan meja tak seimbang, membuat punggung mereka terasa pegal.

Diawali duduk dengan rapi sesuai dengan urutannya, lama kelamaan menjadi berbaring dan akhirnya ...

“Bu, Ruli tidur,” seru Tito,

Sesaat kuhampiri dan...terdengar suara dengkuran halus. Ada-ada saja anak ini,

“Kamu juga mau ikutan?” tanyaku sembari mendekati Nabil,

“Nggak ya bu,”

“Lha iya, diwenehi ati kok ngrogoh rempala to nang,”

Gelak tawa membahana di ruang IPA hingga Rulipun terbangun.