Ridyawati

Lewat Seni Bersama Meraih Impian Berinovasi Untuk Terus Berkarya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
In Memory With You (1)
Dok.Pri

In Memory With You (1)

Lecutan angin datang silih berganti hingga membuat ledakan yang terdengar keras. Gemuruh suaranya nyaring sekali seolah alam menyambut kedatangan para sahabat yang sudah tiada. Tak lama kemudian air jatuh menetes merasakan kehilangan sosok orang tua, pasangan maupun teman terdekat.

Sore ini sudah direncanakan oleh bendum baru di Yon 902 do’a untuk mereka. Sebagai tuan rumah jelas sekali kesibukannya, menyambut para senior dan yuniornya. Namun semua dapat diatasi bersama.

Kekeluargaan sangat terasa, bahu membahu agar cepat selesai berganti dengan acara yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Rasa kebersamaan itu menempel kuat dalam sanubari sudah diajarkan sejak lama.

Prajurit kampus, begitu yang pernah Pak Nino dengar dan rasakan ketika duduk di IKIP Semarang. Hingga sampai hari ini ia merasa bangga dengan baret ungu. Simbol yang tak tertulis dan selalu terpatri dalam hati bahwa “Dimanapun Kita Berada, Tak Akan Pernah Putus Silaturahmi”.

[Mas, nanti datang ya] begitu kata Ningsih, sang bendahara melalui whatshapp,

[Insya Allah kalau tak hujan ya]

[Langsung aja kalau pulang sore]

[Siap] balas Pak Nino,

Ia memang berharap sekali untuk datang. Merasakan kerinduan bertemu dengan para senior serta berkenalan dengan yunior baru. Manusia bolehlah berencana tetapi Tuhan pula yang akan menentukannya.

Waktu sudah mulai merangkak pukul 14.00 cuaca tak bersahabat menyambut semua rencana yang sudah disusun. Gelisah sangat jelas terlihat di wajahnya,

“Nekat pulang pak?” tanya bu Iroh,

“Iya, ada keperluan” jawabnya sambil tersenyum,

“Mumpung sudah reda, nanti hujan lagi lho”

“Okey”

Pak Nino beranjak menuju tempat parkir. Segera diambilnya si merah, roda dua yang selalu setia kemanapun ia pergi. Dilajukan dengan kecepatan tak seperti biasanya. Bila dihitung dengan waktu, cukuplah perjalanan hingga sampai ketujuan.

Tik...

Tik...

Tik...

Bres...

Titik air dari langit turun dengan cepatnya. Tak dihiraukan air melimpah dari berbagai penjuru. Pak Nino masih berharap dengan rencana semula. Namun apa daya lecutan udara tak hentinya, hingga pasrah harus mengikuti kegiatan dari rumah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post