Rifki Ferdiansyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Meningkatkan Penguasaan Kosakata (Tinjauan Kepustakaan)

KOSAKATA

Sebagai pembelajar bahasa, khususnya bahasa Inggris, siswa mesti mempunyai penguasaan yang baik terhadap kosakata bahasa Inggris. Dengan kemampuan tersebut, mereka dapat memahami dan memproduksi bahasa Inggris. Kemampuan memahami dan memproduksi itu akan terlihat dari kemampuan mereka membaca, mendengar, menulis, dan berbicara dalam bahasa Inggris. Setujuan dengan target pembelajaran bahasa Inggris di kelas.

Secara sederhananya, kosakata merupakan piranti penting dalam berbahasa; baik bahasa Inggris ataupun bahasa lainnya. Itu jelas terlihat dari setiap aspek keterampilan bahasa yang akan selalu berkaitan dengan kosakata. Oleh sebab itu, melalui penguasaan kosakata secara baik akan membuat siswa bisa lebih cakap dalam keterampilan berbahasa. Tidak berhenti pada keterampilan secara informal, namun juga secara formal yang diukur dalam bentuk test atau penilaian (Pittman, 2003). Lebih jauh, perhatian terhadap penguasaan kosa kata bagi pembelajar bahasa semestinya penting bagi para pengajar atau guru bahasa (Glencoe, 2004). Hal tersebut menjadi wajar mengingat posisi penting kosa kata dalam penguasaan bahasa.

Harfiahnya, kosakata dapat diartikan sebagai pembendaharaan kata-kata yang dimiliki oleh seseorang. Dalam thesaurus online, kata diartikan sebagai unit bahasa yang diucapkan dan dituliskan yang mempunyai makna. Kata tersendiri tersusun dari satu atau lebih morfem dan unit terkecil bahasa lainnya. Dalam bahasa ringkas, kata bisa dimaknai kumpulan dari satu atau lebih huruf dan piranti terkecil bahasa lainnya yang memiliki makna.

Dalam pembelajaran bahasa Inggris, siswa setidaknya mesti mengetahui tiga aspek kata (Frost, 2003). Ketiga aspek tersebut adalah:

1.Jenis atau tipe kata. Ada beberapa pembagian kata dalam bahasa Inggris; yakni verb (kata kerja), noun (kata benda), adverb (kata keterangan), adjective (kata sifat), article, conjunction (kata hubung), dan sebagainya.

2. Aspek bunyi. Aspek ini terkait dengan bagaimana cara pelafasan atau pengucapan kata tersebut. Terkadang, kata yang tertulis akan dibunyikan berbeda.

3. Aspek kolokasinya. Aspek ini terkait dengan bagaimana cara penggabungan kata-kata tersebut di dalam sebuah kalimat.

Sangat banyak teori yang menjelaskan betapa pentingnya seorang pembelajar bahasa harus berusaha mengakuisisi kosakata-kosakata guna mengakuisisi bahasa tersebut. Jalan untuk mengakusisi kosakata dapat dilakukan melalui kegiatan membaca dan berdiskusi (Nagy dkk. dalam Smith, 1996). Metoda tersebut dikenal dengan metoda pembelajaran dadakan (incidental learning). Akan tetapi, kegiatan tersebut akan efektif bila diminati oleh para siswa itu sendiri. Dan sayangnya, banyak siswa yang rendah minat baca atau minat diskusinya.

Di sisi lain, pengajaran kosakata oleh guru akan lebih efektif melalui kegiatan pembelajaran lansung direct instruction (McKeown and Beck dalam Smith, 1996). Berbeda dengan metoda incidental learning, direct instruction akan memiliki dampak yang lebih baik karena guru sebagai fasilitator akan membimbing siswa dalam penguasaan kosakata secara terstruktur. Oleh sebab itu beberapa penelitian memperlihatkan hasil bahwa metoda ini efektif dan efisien dalam penguasaan kata (Szymborski dalam Smith,1996).

Proses pembelajaran sekarang akan selalu terkait dengan silabus. Silabus sebagai cetak biru bagaimana sebuah proses pembelajaran berjalan untuk mencapat target yang telah ditetapkan sebulumnya tak boleh lepas dari seorang guru; termasuk guru bahasa Inggris. Dan karena hal tersebut, aktifitas pembelajaran dan penguasaan kosakata mesti mendapatkan porsi yang cukup dalam silabus. Akan tetapi, beberapa ahli berpendapat bahwa porsi tersebut jangan sampai membuat pembelajaran tentang kosakata menjadi fokus utama dalam pembelajaran bahasa (Lewis, 1990).

Kekhawatiran tersebut sangat beralasan karena bahasa merupakan keterampilan berkomunikasi. Artinya, melalui bahasa, interaksi sosial dapat terjadi. Pembelajaran bahasa yang berfokus pada unit-unit bahasa, seperti seluk beluk kata, akan membuat bahasa kehilangan makna. Padahal, untuk mengajarkan bahasa sebagai alat berkomunikasi, bahasa harus selalu disandingkan dengan fungsi dan maknanya (Allen, 2000).

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan, pembelajaran bahasa akan selalu terkait dengan kemampuan siswa dalam penguasaan kosakata. Kata sebagai unit bahasa memiliki peran sangat penting dalam usaha pemerolehan bahasa. Hal tersebut membuat penguasaan kosakata mesti mendapatkan porsi yang maksimal. Namun, pengajaran kosakata juga tak boleh lepas dari makna bahasa itu sendiri. Ini menjadi catatan penting dalam metoda pengajaran direct learning. Guru yang memakai metoda ini tidak boleh hanya memberikan instruksi-instruksi pada siswa untuk menguasai kata-kata tanpa mengaitkannya dengan makna kata tersebut dalam interaksi sosial.

Metoda Pendekatan Semantik

...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam bu...terima kasih pak. ini lagi proses juga bu. semoga bisa saling berbagi.

21 Feb
Balas

Salam Literasi Pak. Saya tertarik dengan tema PTK Bapak

20 Feb
Balas



search

New Post