Rifni Hayati

Seorang guru Biologi yang diberi tugas sebagai Kepala Sekolah SMAN 29 Jakarta sejak Agustus 2021. Aktif di Komunitas Kepala Sekolah SMA sebagai Ketua Wilayah MK...

Selengkapnya
Navigasi Web

WUJUD KASIH SAYANG IBU

WUJUD KASIH SAYANG IBU

Oleh: Rifni Hayati

Kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya sangatlah luar biasa. Sering kita mendengarkan ungkapan ‘kasih ibu sepanjang jalan’. ‘Kasih ibu tak berbilang’ atau kalimat lainnya yang mengumpamakan besarnya kasih sayang ibu. Walaupun sebagai anak kita juga menyayangi ibu, tetapi tak sebanding dengan kasih saying ibu yang telah diberikannya untuk kita.

Sedari kita kecil, ibu dengan sabar merawat dan mengurus kita, menjaga dan menenangkan kita. Rela bangun tengah malam dari tidurnya tatkala mendengar tangisan kita. Ibu mencukupi kebutuhan sampai kita besar dan bisa mandiri. Tak cukup untaian kata untuk melukiskan besarnya kasih ibu untuk kita.

Di usiaku yang tak muda lagi sekarang ini, aku merasakan apa yang dilakukan ibu sejak kecil sampai aku remaja adalah wujud kasih sayangnya. Ibuku yang juga seorang pendidik telah menyiapkan aku menjadi pribadi yang tangguh untuk siap mengharungi kehidupan yang sesungguhnya. Masa kecilku diisi dengan belajar berbagai keterampilan hidup yang tidak diajarkan di sekolah manapun.

Beliau telah mencontohkan bagaimana seorang perempuan Minang harus membekali diri dengan keterampilan untuk hidup berumah tangga. Menjadi seorang istri sekaligus ibu dan juga perempuan yang menjalankan profesinya butuh pembelajaran sejak dini. Tanpa kusadari, ibulah yang memotivasi aku belajar memasak, menjahit, dan belajar life skill lainnya.

Masih segar dalam ingatan, kala itu aku baru saja memasuki liburan semester dua berkuliah di IKIP Padang (sekarang UNP). Liburan kuliah usai ujian semester memang agak lama, bahkan bisa sampai dua bulan. Menurut ibu, waktu yang ada harus dimanfaatkan untuk belajar apa saja agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Kejadian tigapuluh lima tahun yang lalu sangat membekas di hati. Begitulah cara ibu menyiapkan aku menjadi wanita yang punya keterampilan hidup dalam mengarungi kehidupan ini.

Aku didaftarkan ibu untuk belajar menjahit di Mode Vak Ani milik salah satu teman ibu. Belajar kursus menjahit yang berlangsung setiap tiga kali seminggu, dan dihari lainnya aku mencoba menjahit pakaian sendiri. Yanti soulmate sekampusku ikut kursus jahit bersamaku. Kami belajar berbagai macam model krah dan saku, mencoba membuat baju kurung dengan saku bobok yang ada penutupnya. Sedangkan Yanti membuat blouse dengan model kerah oval yang disukainya.

Dulu kami sempat berburu kain di Toko Raja Murah yang khusus menjual kain berbahan katun, lalu berlomba-lomba menyelesaikan baju atasan yang akan kami pakai saat kuliah. Setelah aku dan sahabatku Yanti mahir menjahit, beberapa teman minta tolong dijahitkan rok atau baju mereka. Kami membantunya dengan senang hati. Bahkan beberapa baju lebaran adik-adikku, aku jahit sendiri. Bahkan baju nenekku dengan model baju kurung basiba juga pernah kujahit. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berbekas sampai kini.

Ibu juga mengajarku memasak berbagai resep tradisional masakan Minang. Sebagai ‘Urang Kurai’, kami diharuskan bisa memasak rendang, pangek ikan pakai kacang, gulai asam padeh daging yang juga disebut Anyang dan sambal Cancang Daging. Bahkan ibu juga mengajarkan memasak gulai ayam campur nenas serta menu masakan tradisional lainnya. Satu persatu ibu mengenalkan bumbu memasak dan daun-daunan yang digunakan untuk membuat gulai.

Tak lupa juga aku belajar cara membuat cemilan tradisonal seperti srikaya telur dengan campuran gula merah yang kusukai. Srikaya yang berbahan telur bebek ini akan lebih maknyus lagi jika ditambahkan fillet durian ke dalam adonannya. Dan ini menjadi makanan favorit keluargaku sampai sekarang.

Bagiku ibu adalah wanita superwomen. Walaupun sibuk bekerja di luar rumah, tetapi tetap selalu bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Mendidik dan membesarkan kami tujuh anak bersama Ayah. Ayah dan ibu mencontohkan kepada kami, bahwa sebuah rumah tangga itu dibangun dengan sikap saling pengertian yang tinggi dan kerja sama yang solid dari suami istri.

Apa yang dilakukan ibu dalam mendidik dan menyiapkan anak-anaknya, bagiku itu adalah wujud kasih sayang ibu yang sesungguhnya dan tak ternilai harganya. Semoga Allah memberikan kesehatan dan usia yang berkah untuk Ibu tercinta.

Biodata Penulis :

Dra. Rifni Hayati, MPd. Bertugas sebagai pendidik di SMAN 97 Jakarta pengampu mata pelajaran Biologi. Lahir di Bukittinggi Mei 1967. Aktif di kepengurusan MGMP sebagai Ketua MGMP SMA Biologi DKI Jakarta. Pernah menjadi Guru Berprestasi tahun 2019 Jakarta Selatan. Bergabung di Blog gurusiana.id sejak Januari 2020. Dapat dihubungi melalui WA : 081288237357. Alamat E-mail : [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kasih sayang ibu tak pernah mampu kita balas. Semoga sehat selalu

10 Jan
Balas

Iya... benar Pak... sampai skrgpun doa ihu selalu mengiringi langkah kita

11 Jan

Semoga Allah memberikan kesehatan dan usia yang berkah untuk Ibu tercinta ..Aamiin YRA

10 Jan
Balas

Aamiin... mksh Bu Sri...

11 Jan

Aamiin... mksh Bu Sri...

11 Jan

Semoga ibu selalu sehat, Bun.

10 Jan
Balas

Aamiin... mksh doanya bu Siti... slm sehat slalu yaa Bu

11 Jan



search

New Post