Rifqi Risna

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pahlawan para Penulis: Andai Aku Menjadi Seorang Editor

Penulis adalah cita-citaku. Sejak duduk di bangku kuliah, aku bermimpi menjadi seorang penulis. Menjadi seorang penulis adalah ibadah karena dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan dan menginspirasi banyak orang. Saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan karena cita-cita saya terkabul. Setelah satu minggu wisudah, saya mendapatkan tawaran menulis buku di Kemendikbud. Buku yang saya tulis adalah buku teks pelajaran Bahasa Indonesia jenjang SMP/MTS. Saat ini pula ada penerbit swasta yang menawarkan untuk menerbitkan buku-buku yang saya tulis. Buku tersebut adalah buku teori untuk mahasiswa dan ada pula buku-buku panduan mengajar untuk guru.

Dari pengalaman menulis buku, saya baru menyadari, ternyata ada pahlawan yang menyunting tulisan saya. Pahlawan itu, kadang mengubah kalimat yang saya tulis agar lebih menarik dan mengubah tulisan menjadi relevan antarparagraf. Pahlawan tersebut mengecek apakah judul dan isi tulisan memiliki kesinambungan. Pahlawan itu adalah seorang editor. Bagaimana aku tidak menyebutnya sebagai pahlawan? Ia berjasa dalam menata kalimat para penulis agar mudah dipahami oleh pembaca. Jika penulis salah dalam menulis kata, maka editorlah yang membenahi. Seorang editor berjasa untuk membenahi tata bahasa. Seorang editor adalah pahlawan pembenah tulisan.

Editor harus mempunyai keselarasan dengan penulis. Keselarasan tersebut, yaitu keselarasan ide, gagasan, atau makna yang akan disampaikan oleh penulis. Editor dan penulis berkolaborasi menyampaikan ide-ide tulisan. Namun, editor harus mampu mencermati kata demi kata dengan baik sehingga makna yang disampaikan dapat dipahami dengan baik pula. Editor harus mampu membenahi tulisan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia (KBBI).

Andai aku menjadi seorang editor, pasti aku bisa menulis buku dengan lebih baik. Penulis dan editor adalah dua bidang yang beriringan. Jika penulis mampu mengedit tulisan dengan baik, maka akan tercipta tulisan yang sempurna. Editor memerlukan ketelitian dan kecermatan tingkat tinggi. Editor tidak hanya memosisikan dirinya sebagai penulis saja, tapi ia juga memosisikan dirinya sebagai pembaca. Oleh karena itu, menjadi seorang editor kata orang Jawa, “Harus telaten”. Artinya, harus sabar karena memerlukan kecermatan. Ya, saat ini, aku akan berusaha telaten membenahi tulisan agar aku bisa menjadi editor andalan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih, Bu.

20 Apr
Balas



search

New Post