LISAN, JADIKAN TULISAN
Ketika kita beraktivitas sehari-hari, bertemu dengan orang-orang, entah itu keluarga, teman, kerabat, atau bahkan orang yang baru pertama kali kita kenal, kita pasti terlibat dalam suatu pembicaraan atau obrolan. Saling bercakap-cakap dan bercerita. Apalagi kalau dengan keluarga, teman dekat, serta rekan kerja. Kita sering menobrol dengan mereka. Apa saja bisa menjadi topik yang menarik yang bisa kita bicarakan. Entah tentang kejadian yang dialami sekarang, di masa lalu, dan juga tentang masa depan. Dari hal yang sepele, sehari-hari, pekerjaan, sampai hal yang up to date, berita di mass media, atau yang agak berat tentang politik.
Pada saat kita mengobrol, memang ada sih, teman yang hanya sebagai pendengar yang baik, yang hanya bertugas mendengar. Sesekali dia tersenyum, tertawa, atau mengangguk-angguk saja. Tapi yang seperti ini jarang sekali kan? Misal dari 6 orang, paling hanya satu yang demikian. La yang lima lainnya, pasti mereka aktif berbicara. Bahkan ada yang mendominan. Si teman ini akan memborong sebagian besar waktu mengobrol untuk dia bicara atau bercerita.
Nah, ketika keenam orang ini kita tanya, apakah mereka bisa menulis? Saya tidak yakin kalau ada yang menjawab ‘ya’. Mereka pasti menggelengkan kepala. Hal ini sangat dimaklumi. Karena sebagian besar orang menganggap menulis itu harus punya ilmunya, jadi tidak boleh sembarangan. Harus paham struktur kalimat, diksi, tata bahasa, dan teknik menulis, dan lain-lain. Kalau seperti ini memang orang-orang yang berlatar belakang pendidikan bahasa yang paham. Tapi apakah juga mereka ini otomatis menjadi penulis? Tidak kan? Banyak sekali penulis yang latar belakang keilmuannya bukan bahasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan sehingga maksud hati si penulis bisa diketahui melalui tulisan tersebut. Sedangkan berbicara adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan. Berarti berbicara dan menulis itu sebenarnya sama, hanya bedanya pada cara penyampaiannya. Kalau berbicara itu melalui lisan, kalau menulis melalui tulisan.
Jadi mulai sekarang jangan lagi ada yang bertanya,"bisa berbicara tapi tidak bisa menulis?” Tidak ada alasan lagi kalau kita tidak bisa menulis, kan? Bukankah menulis itu seperti kalau kita berbicara. Apalagi guru, yang setiap harinya selalu berkomunikasi dengan para siswa, berbicara di hadapan siswa.
Jika kita tetap merasa kesulitan untuk menulis, kita bisa memanfaatkan teknologi smartphone untuk mengubah ucapan kita menjadi tulisan. Sekarang ini teknologi smartphone sudah semakin canggih, begitu juga aplikasi pendukungnya. Aplikasi tersebut dapat mengubah suara menjadi teks atau tulisan. Fitur canggih ini terdapat dalam sebuah aplikasi keyboard, salah satunya adalah aplikasi Gboard (Google Keyboard). Aplikasi ini ada yang otomatis terpasang di smartphone kita. Namun jika tidak, kita bisa mendownloadnya di google playstore.
Keunggulan dari Google Keyboard adalah gratis dan mudah digunakan. Terdapat opsi untuk menginput ucapan secara langsung dan mengubahnya menjadi teks. Selain itu, terdapat lebih dari 60 bahasa yang disediakan. Jadi, kita bisa menerjemahkan audio dari bahasa asing ke bahasa Indonesia, atau sebaliknya.
Cara menggunakan aplikasi ini adalah buka aplikasi apa pun yang biasanya memerlukan pengetikan, misalnya memo, WA, SMS, dan lainnya. Ketuk area input teks apa saja untuk memunculkan keyboard di layar. Kita akan menemukan mikrofon kecil di dalam keyboard. Ketuk ikon mikrofon untuk beralih dari keyboard ke mode input suara. Di bagian bawah, ketuk dan tahan tombol ‘hold’ untuk bicara dan mulai merekam suara. Bicaralah sambil mendekat ke mikrofon smartphone, lalu lepaskan ketika selesai. Teks yang dikonversi akan "dikirim" seolah-olah kita telah mengetik dan mengetuk tombol ‘kirim’. Agar fitur ini bekerja dengan baik, bicaralah dengan jelas. Jangan bicara terlalu cepat dan mengucapkan kalimat yang sama berulang kali.
Mengapa kita tidak memanfaatkan kecanggihan smartphone kita untuk menulis? Kita tinggal mengubah bahasa lisan kita menjadi bahasa tulis dengan aplikasi g-board. Ubah cerita yang kita sampaikan dengan lisan menjadi tulisan. Mudah bukan? Kita tinggal menyalinnya kemudian memperbaiki jika ada kesalahan. Mungkin ada kesalahan penulisan huruf, susunan kalimat, atau alur yang tidak runtut dan tidak terdapat tanda baca. Kita bisa bertanya atau meminta bantuan teman yang paham dengan tata bahasa untuk memperbaiki. Jadi deh tulisan kita. Mudah bukan?
Sumber bacaan: liputan6.com/tekno
#tantanganGurusiana
Tantangan Hari ke-34
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bu yossa bisa aja
Mantap ilmunya, mengubah bahasa lisan kita menjadi bahasa tulis dengan aplikasi gboard. Trims
Sama sama Bu
Mantap Bu...mungkin perlu dicoba
Silakan Bu. Semoga lebih mudah
Terima kasih ibu infonya
Sama sama Bu
Ok kakak....
Siiip
Sip, tapi Mengapa voice note saya sering ketik ya. Btw thanks
Sama sama Bu. Makasih hadirnya
Hmm
Ayo dicoba Buk..heee
betul tuh..tinggal bicara..sdh jd ketikan he.he..saya sudah nyoba tuh...tinggal mereka mau menulis apa tidak..gitu..he.he
Betul Pak...
Hebat. Makasi banyak infonya
Sama sama..makasih hadirnya
Tulisan brilian, Ibu. Ptut diikuti. Keren.
Ibu Yosa, terima kasih suport dan hadirnya
Ide cerdas ptut didukung, Bu. Tulisan keren.