Sudah kah Guru Melaksanakan Pembelajaran Sinkronus dan Asinkronus?
Dalam KBBI, kata sinkron berarti (terjadi atau berlaku) pada waktu yang sama atau serentak. Dengan demikian kata a-sinkron berarti tidak (terjadi atau berlaku) pada waktu yang sama atau tidak serentak.
Di keseharian, orang lebih banyak menggunakan kata sinkronus dari pada kata sinkron dan kata asinkronus dari pada kata asinkron. Kata sinkronus dan asinkronus ini memang sedang populer, terutama di kalangan guru yang saat ini sedang gencar-gencarnya mengikuti berbagai macam pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemdkibud.
Oleh karena situasi saat ini masih dalam masa Pandemi Covid-19, maka penyelenggaraan pelatihan memang tidak bisa dilaksakan secara luring tapi menggunakan model sinkronus dan asinkronus. Pada saat kegiatan sinkronus, host, narasumber, dan peserta dapat berinteraksi secara langsung secara virtual dalam waktu bersamaan. Sedangkan pada saat kegiatan asinkronus, hal itu tidak terjadi secara langsung dan tidak dalam waktu bersamaan. Biasanya peserta menggunakannya untuk mengerjakan tugas atau lembar kerja.
Saya mengalami sendiri ketika mengikuti bimbingan teknis menulis artikel ilmiah yang diselenggarakan oleh Kemdikbud secara sinkronus dan asinkronus. Pada saat kegiatan sinkronus, panitia menggelar webinar yang dihadiri oleh narasumber, moderator, dan para peserta. Kami berada dalam ruang zoom meeting mulai pukul 13.30-15.30 wib.
Pada saat narasumber menyampaikan materi, ia juga melakukan komunikasi interaktif dengan peserta. Kami diminta menjawab sebuah pertanyaan melalui aplikasi mentimeter. Kemudian jawaban peserta ditanggapi oleh narasumber. Selain itu, moderator juga membuka forum tanya jawab. Peserta diberi kesempatan mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan langsung ditanggapi. Akhirnya terjadilah dialog.
Meski kami berada di tempat yang berbeda-beda dan bertemu dalam suatu ruang virtual, komunikasi yang terjadi sangat hidup seperti bertatap muka secara langsung saja. Para peserta antusias mengikuti kegiatan sinkronus tersebut.
Setelah kegiatan sinkronus, para peserta melaksanakan kegiatan asinkronus yaitu mengerjakan Lembar Kerja yang disediakan oleh panitia. Waktu pengumpulannya tergantung masing-masing individu tapi tetap ada batasan waktu kapan terakhir mengumpulkannya. Kami dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok memiliki whatsapp group dan google calssroom masing-masing. Kami berkomunikasi lepas dengan menggunakan whatsapp grup. Ada saja yang kami tanyakan atau bahas terkait materi bimtek dengan saling mengirim pesan.
Kemudian, kegiatan sinkronus kedua, dilaksanakan di masing-masing kelas yang dipandu oleh seorang admin dan seorang pembimbing. Admin kelas kami bernama Mbak Widia dari Kemdikbud dan Pembimbing kelas kami Prof. Dr. Haedar Akib, M.Si. seorang Guru Besar dari Universitas Negeri Makasar.
Kali ini pertemuan virtual kami menggunakan google meet. Satu persatu dari kami mempresentasikan LK-1 dan Prof. Haedar langsung memberikan saran dan masukan. Pada kegiatan sinkronus kali ini kami bisa lebih leluasa untuk berkonsultasi apalagi Prof Haedar sangat sabar. Tak terasa pertemuan virtual yang dimulai pukul 16.00 itu berakhir sekitar pukul 18.30 malam.
Setelah itu kami melaksanakan kegiatan asinkronus yaitu merevisi LK-1 yang telah kami kerjakan sesuai dengan arahan Prof. Haedar. Kami diberi waktu mengumpulkan tugas hingga tanggal 12 Juli pukul 23.59 wib. Selain LK, kami juga diminta mengisi biodata, dan juga mengupload beberapa berkas di google classroom.
Bimtek ini direncanakan berlangsung selama satu bulan. Hasil akhirnya adalah peserta mampu menulis artikel ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan yang benar dan tentu saja disesuaikan dengan gaya selingkung Jurnal Guru Dikmen Diksus milik Kemdikbud.
Hmmmm, pandemi yang masih belum berakhir ini memang berdampak pada perubahan aktivitas manusia. Contohnya ya kegiatan pelatihan itu, yang dulu dilakukan dengan tatap muka secara langsung di satu tempat, saat ini dilaksanakan dengan sinkronus dan asinkronus.
Demikian pula halnya yang terjadi pada kegiatan pembelajaran jarak jauh yang sudah setahun lebih diterapkan di sekolah-sekolah. Sebenarnya guru juga telah melaksanakan pembelajarannya dengan model sinkronus dan asinkronus. Hanya saja kedua istilah itu masih jarang disebutkan. Mereka lebih sering menggunakan istilah daring.
Terkait pembelajaran sinkronus ini, saya jadi agak sedikit mikir. Zoom meeting, google meet, atau model video converence yang lain, tentu membutuhkan sarana internet yang memadahi. Sinyalnya harus kenceng dan yang paling penting paket data tersedia penuh.
Nah, yang terakhir itu yang harus saya pertimbangkan, mengingat kondisi ekonomi orang tua siswa banyak yang menengah ke bawah. Dalam kondisi sulit saat ini, tentu yang diutamakan kebutuhan pokok yaitu makan. Sedangkan untuk membeli paket data dalam jumlah yang besar, tentu akan memberatkan. Semoga saja di tahun ajaran baru yang dimulai besok tanggal 12 juli 2021, bantuan kuota internet dari pemerintah untuk siswa dan guru segera diberikan lagi. Aamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan yang keren bunda
Mantap..kritik yang halus..jika dengan zoom menggunakan wifi, tidak masalah, namun saat paket data..rasanya berat bu..bisa wuzz paketan datanya..apapun kita saat ini juga sama sama tak berdaya
ulasan yamh sangat mantaab dan menambah pengetahuan baru