Rima Wirenviona, M.Kes

Bidan Ahli Kesehatan Reproduksi yang telah melahirkan 5 buku berjudul: 1. Antara 2 Cermin 2. Antologi Pantun Kesehatan untuk Anak Usia Sekolah 3. Kemar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tersendak Kenangan

Tersendak Kenangan

Ini Deswmber kesekian sepeninggalanmu. Tak ada yang berbeda kecuali daftar lagu perayaan kesedihanku yang semakin menggunung. Tak ada yang berubah kecuali sajak-sajak rinduku yang hampir terkubur. Aku masih tak mengerti tentang kita, Tuan. Meski perpisahan ini nyata di depan mata, namun sanubari enggan menerima. Aku masih tak menerima, Tuan. Meski rindumu sudah tak berlabuh padaku, namun rinduku tetap berpulang padamu. Ini Desember kedua tanpamu, Tuan. Sepi menggerogoti tubuh, patah mengoyak hati dengan sadisnya. Tak ada yang berubah sampai Desember tahun ini, selain kebiasaan bodoh yang memaksa diri melawan hujan meski panik selalu datang menikam. Tak ada yang berubah, meskipun di musim penghujan ke miliyaran kali aku tetap sama.

Tiga ratus enam puluh lima hari penuh ditemani oleh pesan manis yang kau sematkan kala pagi itu. Atau bahkan nyanyian pengantar tidur yang kau kidungkan kala itu. Sebelumnya tak ada prasangka bahwa kita akan memutuskan untuk menjalani segala sesuatunya semasing. Aku tanpamu, aku tanpa kita. Sesekali aku menatapmu dalam sendu. Mataku panas, air mata tak terbendung. Bagaimana bisa kita memilih untuk berpisah? Padahal kenyataannya kita sama-sama resah. Bagaimana bisa kita saling melepas? Padahal kenyataannya kita belum sama-sama ikhlas. Aku menatapmu kosong, mencoba menerobos lorong-lorong memorimu.

Mengapa kita harus memilih saling meninggalkan? Bibirku kelu, semua terasa membeku untuk menjelaskan kenapa kita harus dengan terpaksa memeluk luka yang akhirnya akan membelenggu. Kau lupa bahwa kita pernah saling memberi bahagia, saling mengisi dan menguatkan? Kau menarik napasmu panjang. Jika kau ingat, mengapa kau memutuskan untuk mengakhiri? Maaf, aku sudah memutuskan untuk mengakhiri segalanya tentang kita. Karena jika terlalu banyak mengingat kembali, yang ada hatiku akan kembali patah. Kita berpisah bukan berarti aku tak menginginkan 'kita'. Hanya saja aku tak bisa terus berdiri di atas rasa sakit yang terus-menerus membuatku berpura-pura meski dengan terpaksa harus lupa bahwa kita pernah saling bertukar bahagia. Kelak kau akan menemukan bahagia yang takkan melepaskanmu, meskipun itu bukan aku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post