Rina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MANDIRI DI USIA DINI

Rasanya baru saja aku melahirkan, memandikan, dan memberinya asupan gizi dari asi. Kini gadis kecilku sudah mulai menampakkan kemandiriannya. Sudah dapat mengurus dirinya sendiri, mengatur waktu sendiri meski kadang masih perlu diingatkan. Melakukan sesuatu cenderung sendiri bahkan memakai bajupun memilih sendiri.

Inilah kali kedua anakku pergi tanpaku. Hari ini dia akan mengadakan wisata religi bersama teman-teman dan ustadzah-ustadzah mengajinya. "Tidak boleh diantar orang tua," tegas salah seorang usatadzah.

Malam sebelum berangkat ziarah, kuingatkan untuk tidur lebih awal agar bisa bangun pagi. Namun dengan perasaan senangnya mata tak jua terlelap. Larut malam ia baru bisa terpejam.

Sebelum adzan shubuh berkumandang, ia sudah terbangun dan tak sabar ingin segera bangkit dan bersiap untuk pergi. Namun kuurungkan karena hari masih terlalu gelap dan kuminta tidur lagi agar tidak mengantuk di perjalanan.

Pagi menyambutnya dan bergegas untuk mandi, shalat shubuh, ganti baju, dan sarapan. Ada yang menarik dari penampilan anakku. Biasanya ia memakai jilbab bergo agar tidak ribet. Namun ia minta memakai jilbab segi empat dengan disematkan klip di bawah dagunya. "Hm....rupanya hasil menabung di tempat mengajinya dibelikan jilbab untuk seragam mengaji." Meskipun agak kebesaran untuk seusianya, namun jilbab ini sebagai tanda rombongan. Kalau saja semua memakai jilbab warna-warni, ustadzah dan kakak-kakak yang besar akan susah mengontrolnya. Kuperhatikan penampilan anakku tampak lebih besar dengan jilbab yang dikenakannya.

Kuantar ia sampai tempat mengaji. Kuperhatikan anakku bersama teman-temannya tampak berseri dan tempak lebih besar dengan mengenakan jilbab Setelah semua kumpul, mereka berangkat dengan iringan doa. Akupun mulai melangkahkan kaki pulang ke rumah dengan perasaan berat namun harus kuat. Aku percaya anakku mampu menjaga diri seperti kepergiannya yang pertama tanpaku, wisata madrasah diniyyah.

Sesampainya di rumah ia tak mendapatkan seorangpun. Namun tidak menjadikannya nangis atau marah. Ia bermain bersama teman sampai aku datang dari menghadiri pernikahan kerabat. Begitu bertemu denganku, ia bercerita tentang pengalaman pergi ziarah bersama teman-teman. Ia merasa senang dan merasa sudah beranjak besar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post