Dari pulang mengajar sampai pagi hari ini, hujan tiada berhenti...berbagai cerita curhatan saling kami curahkan, Kami bersaudara ada 6, dan tempat tinggal kami saling berjauhan, kakak nomer satu ada di Bekasi, Yang momer 2 dan 3 ada di Pekalongan, nomer 4 saya, nomer 5 ada di tangerang, dan adik bontot ada di pemalang. Yang dari Bekasi bercerita, hujan deras disertai gludug bersahut-sahutan, sehingga hati terasa bergetar seiring dengan suaranya gludug. Padahal mbakyu saya itu sudah sedirian, suaminya meninggal dunia, anak satu-satunya ada di Thailand, dapat kubayangkan bagaimana sepinya, yang dapat kulakukan hanya memberinya semangat dan mendoakan. Kemudian mbakyu saya yang nomer 2 dan 3, mereka bercerita bahwa depan rumah sudah banjir satu lutut, sehingga aktivitas hanya dapat dilakukan di dalam rumah, dan pagi inipun semua sekolah yang di pekalongan diliburkan. Saya ikut prihatin dengan yang dialami kedua mbakyuku, dan mereka berdua masih bersyukur karena banjirnya tidak masuk ke dalam rumah.

Kemudian adhikku yang di tangerang, juga mengabarkan di mana-mana banjir, bahkan di tempat kerjanya Holcim juga banjir, oleh sebab itu banyak pekerjaan yang terbengkalai. Adhikku yang di pemalang pun , juga mengabarkan bahwa anaknya sakit, karena kehujanan kemarin, sepulang sekolah. Hujan asalnya dari sang Maha Pencipta, harus kita terima dengan hati yang bahagia, di balik adanya turun hujan ini, pasti ada cerita yang bermanfaat. terima kasih Tuhan, Engkau telah memberiku hujan.