TERIMA RAPOR
Rapor, raport, lapor.
Beda istilah tapi maksudnya sama. Tak perlu di perdebatkan. Raport tentu bukanlah hal yang asing bagi kita yang sehari hari berkecimpung di dunia pendidikan. Ketika seragam mulai terpasang maka ada raport yang sebagai ukuran berhasil atau tidaknya pendidikan seseorang.
Sebagai seorang guru tentu saya sering berurusan dengan rapor, mengisi rapor, remedi nilai rapor, fotokopi rapor, rapor siswa, rapor guru, rapor sekolah, dan memberikan rapor. Tapi kali ini sedikit berbeda karena saya bukan memberikan rapor tapi menerima rapor anak. Ini adalah momen terima rapor pertama saya menjadi orang tua siswa.
"Heleeeh.. Rapor PAUD aja kok.. Emang ada juaranya... ?? Lebbbbaaaay" Setan berbisik.
"Diem lu tan...bukan urusan lu, suka ikut campur urusan orang, dasar setan..." Ku maki si Setan. Setan melengos, meninggalkan ku dan mencari mangsa baru.
Hari ini sengaja saya minta izin ke atasan, bahwa hari ini saya mengambil rapor anak.
Mengambil raport anak. Mengambil rapor anak. Mengambil rapor anak. Kata kata ini saya ulang ulang. Semakin saya ulang saya semakin sadar bahwa ini adalah moment istimewa yang tak bisa saya lewatkan. Bagi saya segala yang terkait dengan anak adalah penting. Teramat penting.
Tak ada juara, tak ada tepuk tangan, dan tak ada ceremonial apa apa. Saya datang ke sekolah, menunggu antrian kemudian mengambil rapor dan berkonsultasi dengan ustazah, wali kelas anak saya.
Dengan ramah ustazah memberikan pengantar tentang bagai mana keseharian anak saya di sekolah. Penilaiannya tidak berupa angka, tapi deskripsi perkembangan siswa.
"Alhamdulillah, di semester awal ini Ukhfi telah mampu menyebutkan nama sendiri dengan benar, mampu menceritakan pengalaman dirinya, berani bertanya dan menjawab pertanyaan. Alhamdulillah, Ukhfi juga mampu menghapal doa harian, surat surat pendek, serta beberapa kata dalam bahasa Inggris. Namun perlu motivasi dan fokus lagi ya gadis sholeha ustadzah"
Penilaian yang aduhai 😘
Ada perasaan membuncah ketika mengambil rapor pertama anak saya ini. Tentu ini bukan tentang rapor semata, tetapi lebih pada kenyataan bahwa gadis kecil saya yang selalu berkepit kemana saya pergi sudah beranjak menjadi manusia terdidik yang terdaftar di sebuah tempat bernama sekolah, jalan untuk menggapai cita cita terbaiknya.
Dan lihatlah, betapa saya bangga dengan gadis kecil saya ini.🥰
_Ukhfi Hayatun Nahda
_Mahdiya Anum Mujahidah
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terimakasih komentar nya pak dede,saya semakin termotivasi.. Salam
Terimakasih komentar nya pak dede,saya semakin termotivasi.. Salam
Terimakasih komentar nya pak dede,saya semakin termotivasi.. Salam
Terimakasih komentar nya pak dede,saya semakin termotivasi.. Salam
Terimakasih komentar nya pak dede,saya semakin termotivasi.. Salam
Itulah yang ditunggu oleh orang tua dan merupakan kebanggan bagi kita orang tua melihat nilai rapor anak sendiri.
Iya bunda, meskipun masih PAUD.. Apalagi yg menghadiri acara wisuda sarjana ya bun
Itulah yang ditunggu oleh orang tua dan merupakan kebanggan bagi kita orang tua melihat nilai rapor anak sendiri.
Itulah yang ditunggu oleh orang tua dan merupakan kebanggan bagi kita orang tua melihat nilai rapor anak sendiri.
Itulah yang ditunggu oleh orang tua dan merupakan kebanggan bagi kita orang tua melihat nilai rapor anak sendiri.
Itulah yang ditunggu oleh orang tua dan merupakan kebanggan bagi kita orang tua melihat nilai rapor anak sendiri.