Airin ingat betul sebulan yang lalu Fatur berjanji akan kembali untuk melamar Airin, pujaan hatinya.

Sore itu di tengah rintik hujan Fatur memegang erat tangan Airin

"Aku berjanji akan kembali untukmu. Aku pergi juga untuk masa depan kita. Tunggulah Aku pasti kembali."Ucap Fatur kala itu.

"Tak perlulah Abang pergi. Aku bisa menerima keadaan Abang. Aku menerima Abang apa adanya." Kata Airin diantara sesenggukan tangisnya.

"Tapi itu tidak cukup untuk orang tuamu. Aku akan buktikan bahwa aku bisa. Aku sudah diterima di perusahaan itu. Jika aku bekerja di kota, mendapatkan gaji yang besar, orang tuamu tak akan menghina aku lagi. "Tandas Fatur seraya menatap dalam mata Airin.

Orang tua Airin lah yang selama ini ini menjadi ganjalan bagi hubungan Airin dan Fatur. Fatur yang hanya seorang GTT dengan gaji yang sangat minim, membuat orang tua Airin memandangnya sebelah mata. Orang tua Airin mengijinkan mereka berdua menuju jenjang berikutnya jika Fatur sudah mendapatkan pekerjaan tetap, dengan gaji yang bisa mencukupi kebutuhan Airin. Uang masih menjadi prioritas bagi mereka.

***

Hari ini genap sebulan kepergian Fatur ke Jakarta. Rindu mengharu-biru dihati Airin saat ini. Begitu ingin dia bertemu Fatur. Hari ini hari ke 30 Airin duduk di balkon lantai dua rumahnya. Menatap luas halamannya, berharap Fatur pulang untuk menjemputnya. Dan..... Betapa terkejut dan berdebarnya hati Airin, dilihatnya Fatur berdiri di halaman rumahnya. Kepalanya mendongak ke atas memandang ke arah Airin. Wajahnya lurus tanpa ekspresi. Di antara rasa bahagia yang menyusup di dada, Airin segera berlari menuju halaman. Betapa ia ingin memeluk Fatur malam ini. Tapi.... Sesampainya di luar rumah tak ada seorangpun di sana. Mungkinkah ini hanya ilusi Airin. Tapi tadi dia ingin melihat dengan jelas sosok Fatur di depan matanya. Hati Airin kembali merana. Sosok yang diharapkannya ternyata tak ada.

***

Kejadian semalam itu Airin ceritakan pada Safa, temannya. Safa menahan nafas terdiam beberapa saat, kemudian kembali menghela nafasnya. Terlihat Safa begitu berat untuk mengatakan sesuatu pada Airin.

"Ada apa Safa?"tanya Airin penasaran.

"Maaf Airin...."suara Safa menggantung.

"Ayolah....ada apa? Ada yang kau sembunyikan dariku? Tentang apa? Tentang Fatur? Katakan Safa..."

"Airin...maaf.... sebenarnya aku ingin mengatakan ini sejak tiga hari yang lalu. Tapi orang tua Fatur melarangnya."

Hati Airin mulai berdebar kencang. Perasaan tak enak mulai menyusup di relung kalbunya.

"Katakan apa yang terjadi pada Fatur?"suara Airin mulai meninggi.

Safa terdiam sementara Airin terus mendesak nya.

"Airin....Fatur telah meninggal. Dan semalam adalah tiga hari meninggalnya Fatur."

Airin terdiam,dadanya mulai sesak. Air mata tak tertahan lagi menetes di pipinya. Tubuhnya berguncang hebat.

"Maafkan aku Airin.... kecelakaan tunggal ketika Fatur berangkat kerja menyebabkan semua ini terjadi. Sebenarnya aku ingin mengatakan langsung saat itu,tapi orang tua Fatur melarangku. Mereka ingin mengatakan langsung padamu sekalian minta maaf."

Suara Safa seperti tak terdengar lagi di telinga Airin. Tangis menderu mengisahkan betapa hancurnya hati Airin. Antara marah dan kecewa bercampur menjadi satu. Tapi Airin tidak tahu kepada siapa dia marah. Takdir telah merenggut nyawa kekasih hatinya. Masa depan yang telah ditata bersama hancur sudah. Semalam Fatur datang hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.