Rini Marina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SALJU DI HATI SISWA

SALJU DI HATI SISWA

SALJU DI HATI SISWA

Oleh Rini Marina

Pagi berselimut kabut. Tak hiraukan tetesan embun membasahi kaca helm. Hanya sesekali saya menyekanya, agar jalanan terlihat kembali. Perjalanan sejauh lima belas kilo meter terasa biasa. Itupun belum sampai tempat dimana saya mengajar. Sesampainya di kota, saya harus menunggu kendaraan umum, untuk sampai ke sekolahan.

Lima belas menit, waktu yang sangat berharga. Banyak hal yang dapat saya pelajari saat di kendaraan umum. Selain bertemu dengan pedagang jamu gendong, buruh, sesama guru bahkan para siswa kami. Raut wajahnya terlihat sungkan untuk menyapa gurunya. Sayapun menyadari, jika mereka memang kurang percaya diri dan malu. Akan tetapi, saya berusaha mengajak ngobrol ringan. Karena sudah menjadi kebiasaan, akhirnya mereka pun akrab sekali. Tak hanya itu, penumpang lain yang mendengar komunikasi kami, juga ikut nimbrung pembicaraan kami.

Waktu dan kesempatan tidak akan terulang kembali. Sebab setiap hari siswa yang saya jumpai sering berbeda. Terkadang siswa kelas sembilan, delapan dan yang paling sering justru kelas tujuh. Walaupun saya tidak mengajar di kelas tujuh, tapi mereka sangat mengenali saya. Mereka sangat polos dan jujur sekali dalam menjawab berbagai pertanyaan yang saya berikan. Cukup puas, rasanya dapat mendengar keluhan mereka. Sehingga saya dapat mencari solusi terbaik baginya.

Saat kami asyik mengobrol, tiba-tiba saja, kernet meminta ongkos pada para penumpangya. Para siswa saling melirik ke arah temannya. Melihat bahasa tubuhnya, saya sangat paham bahwa, itu kode mereka meminta uang pada temannya. Sebenarnya tidak banyak uang saku yang harus dibayarkan. Cukup dengan uang seribu rupiah saja, mereka sudah sampai di pertigaan sekolahan. Bagi siswa yang sudah hafal, mereka sudah tahu kalau saya yang akan membayarinya. Tak jarang mereka tersipu saat mengulurkan tangannya pada kernet elf. Sebab uang mereka pasti ditolak karena sudah saya bayari.

Senang rasanya dapat berbagi dengan mereka. Ucapan terima kasih yang tulus keluar dari mulut mereka dengan penuh rasa hormat. Saya pun sangat terharu dengan sikap mereka. Saya yakin bahwa mereka akan melakukan hal yang sama kelak bila mereka dewasa.

Kebersamaan itu tidak hanya berhenti di kendaraan saja. Tapi kami juga jalan kaki bersama, sekitar tiga ratus meter. Tidak hanya dengan mereka saja, akan tetapi, ketambahan siswa dari arah barat yang turun dari kendaraan. Sehingga jalan desa berpaving itu cukup padat. Lalu lalang kendaraan dan para siswa pejalan kaki.

Jangan anggap remeh temeh jalan kaki di pagi hari. Sebab banyak sekali hikmah yang ada. Khususnya bagi saya sebagai guru dan teman mereka. Sambil jalan mereka akan bercerita banyak hal. Baik pengalaman pribadi yang lucu, menyedihkan bahkan permasalahan yang sedang ia hadapi.

Beberapa minggu yang lalu, saya menemukan permasalahan yang unik dan ganjil. Setiap hari Senin dua siswa ini selalu tidak masuk sekolah. Lantas saya bertanya pada teman-temannya di kelas. Tak satu pun dari mereka yang mengetahui alasannya, kenapa dia tidak masuk sekolah. Akhirnya guru mata pelajaran lainnya merasakan hal yang sama. Sebagai wali kelas, saya dilapori dan mengucapkan terima kasih karena telah ikut memedulikannya.

Catatan dari beberapa orang guru saya terima. Lantas saya jadikan informasi akurat untuk menindak lanjutinya. Saya pun mencari jalan demi keberhasilan mereka. Di hari berikutnya, saya pura-pura mengajak gurau. Beberapa cerita telah saya siapkan sebelumnya. Saya berharap apa yang saya lakukan dapat meluluhkan hatinya. Sebab beberapa guru bertanya tidak membuahkan hasil. Atas ketidakhadirannya setiap hari Senin.

Awalnya kedua siswa siswi ini tersenyum saat mendengar ada cerita saya yang lucu. Lambat laun mereka tertunduk dan diam. Seorang siswi terlihat sedih dan akhirnya menitikan air matanya. Siswa satunya tetap diam sambil melihat ke atas menahan air matanya agar tak jatuh.

Memang saya sengaja tidak melontarkan pertanyaan. Hanya mengisahkan sebuah kenyataan hidup yang harus mereka jalani. Berbagai contoh perilaku jujur, sopan serta kemuliaan dari orang-orang yang selalu berbuat kebaikan. Saya ingin mereka terbuka dan bercerita, atas sindiran dari kisah yang saya buat.

Keduanya tiba-tiba saja diam dan menghela nafas panjang. Saya pun tidak tahu pasti, kenapa tanpa ada sebab mereka langsung meminta maaf. Apa karena saya selaku wali kelasnya ya. Setelah kami saling memaafkan, saya pun tak pernah memaksa mereka untuk bercerita. Hanya kata-kata motivasi serta nasehat yang sering saya berikan. Sebab hanya dengan penguatan hati mereka dapat melewati segala rintangan.

Setelah suasana hati mereka tenang, akhirnya mereka bercerita dengan gamblang. Awalnya seorang siswa ini, terbata-bata saat akan memulai bercerita. Banyak hal yang ia tutupi dan sulit untuk diungkapkan. Lantas, saya memberikan gambaran sehingga memudahkannya untuk melanjutkan ceritanya. Kisah yang ia sampaikan ternyata diluar dugaan saya.

Dia adalah seorang anak gadis yang masih berusia belasan tahun. Tanpa pernah saya ketahui ternyata hidupnya sangat susah sekali. Ia harus menanggung beban hidupnya, sebab dalam kesehariannya ia tinggal sendiri. Kakaknya kadang-kadangmenjenguk, tapi itupun tidak pasti. Bila tidak sibuk bisa seminggu sekali sambil memberi uang saku adiknya. Namun, kalau banyak pekerjaan bisa sampai tiga minggu. Bahkan pernah sebulan baru sempat menemui adiknya. Maklum saja karena pekerjaan yang membuatnya jadi terikat.

Saya tidak dapat berkata-kata saat dia mengatakan, bahwa dirinya adalah anak yatim piatu. Keterlambatannya bukan karena ia malas, tapi karena keterbatasan ekonomi serta kasih sayang. Begitu sulit medan yang ia lalui setiap harinya. Jarak rumah ke jalan raya saja sudah sangat jauh. Apabila kakaknya tidak ke rumah, maka ia tidak berangkat sekolah.

Sebab untuk bisa ke jalan raya ia harus berjalan kaki terlebih dahulu. Tapi tidak langsung sampai jalan raya. Ada sungai Bengawan Solo yang harus dilaluinya. Setelah itu ia naik perahu dan harus membayar ongkos penyebrangan. Sesampainya di tambangan ia baru menyeberang jalan dan menunggu kendaraan umum bersama teman lainnya.

Di hari Selasa sampai Sabtu ia bisa masuk, karena ada tetangganya yang kebetulan kerja dan harus melintasi sungai tersebut. Ia dibonceng sampai ke tempat penyebrangan. Pulangnya berusaha mencari tumpangan gratis untuk dapat ke rumah.

Berkali-kali saya menghela napas panjang, sambil mengusap kepalanya. Betapa berat hidup yang harus ia lalui. Hati ini sangat terpanggil untuk selalu membantunya. Meski hanya sekedar memberi uang saku dan perhatian. Hampir setiap hari saya selalu menyempatkan untuk menemuinya. Walaupun hanya sekedar basa basi saja.

Sejak memberikan perhatian lebih padanya, ia sekarang lebih aktif dan riang. Seakan beban yang ia rasakan mulai berkurang. Meski saya hanyalah wali kelasnya. Tak jarang saya memberinya pakaian. Ada jaket, rok jeans dan kaos-kaos. Wajahnya berseri, matanya juga berbinar tiap saya memanggil dan membawakan sekantong plastik pakaian.

Acapkali saat saya menyampaikan materi, ia sering terlihat sedih dan melamun. Lalu saya memintanya untuk melakukan sesuatu atau menjawab pertanyaan mudah. Tujuan saya hanya untuk mengalihkan pandangan matanya yang kosong. Alhamdulillah... ia merespon pertanyaan yang saya berikan. Sebentar-sebentar ia harus sering diajak komunikasi. Jika tidak ada saja yang dilakukannya.

Sesekali saya melirik tangan kanannya. Ia tak pernah lepas dari pena yang dipeganginya. Saat gurunya kurang memperhatikannya, dia lantas menggambari tangan kirinya. Ia lukis bunga, tulisan dan apa saja yang ingin ia tuangkan. Tidak hanya itu saja, buku bagian belakang juga penuh dengan gambarannya.

Lima menit sebelum berakhir, saya dekati dia dan menanyakan keadaannya. Tiba-tiba saja, ia katakan bahwa kesedihannya karena kangen pada bapak ibunya. Seperti biasanya saya langsung tergerak untuk memberikan motivasi pada semua siswa. Agar hati mereka tergerak untuk peduli dengan sesama.

Selang beberapa menit, setelah satu masalah selesai. Anam langsung menyampaikan masalahnya. Dia berdiri sambil memainkan jari jemarinya, saat berbicara dengan saya.

“Begini bu, saya kalau Senin jarang masuk karena mengantuk. Saya malas berangkat kalau teringat bapak saya yang minggat. Dia meninggalkan ibu saya dan pergi bersama perempuan lain. Saya anak satu-satunya. Semenjak bapak saya tidak di rumah, saya harus mencari uang untuk makan.”

“Apa yang bisa kamu lakukan untuk ibumu nak?” Dan berapa upah yang kamu dapat tiap malam?” tanya saya dengan nada lirih.

“Saya kalau sore bekerja di warung nasi bu. Tugas saya menyiapkan hidangan, menyapu, cuci piring dan gelas kotor. Selain itu merebus air untuk kopi atau teh.” Semalam saya diberi dua puluh lima ribu rupiah.”

Sedih, haru, bangga dan tak tahu lagi rasanya mendengarkan perjalanan hidupnya. Bagaimana pun juga Anam tetaplah seorang anak, dan belum layak tenaganya untuk dijual. Keadaan telah membuat dirinya dewasa dan berpikir lebih keras. Di satu sisi dia sangat menyayangi ibunya, tapi disisi lain ia harus belajar untuk menggapai masa depannya.

Tidak saya sadari, ternyata saya banyak belajar dari mereka. Belajar bersabar, memberikan kasih sayang yang tulus serta memahami keberagaman permasalahan hidup. Mereka adalah guru hidup saya. Tanpa mereka saya tidak pernah tahu, bagaimana hidup yang sebenarnya. Kenakalan serta kemalasan belajarnya bukan karena keinginannya. Tapi karena keadaan yang membuatnya malas. Jadilah guru yang patut di tiru. Baik dalam bertutur kata dan berbuat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post