Rini Marina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SECERCAH HARAPAN

SECERCAH HARAPAN

SECERCAH HARAPAN

Menjelang sore pantai terlihat pasang. Ombak berdebur, membawa kapal nelayan hingga ke tepian. Mengingatkan kenangan indah Ayu bersama Andre. Setelah masa itu berlalu. Hiruk pikuk kehidupan masyarakat pinggiran pantai, sibuk dengan hasil tangkapannya. Di seberang jalan, nampak sebuah rumah yang usianya cukup tua. Bangunan itu terlihat kokoh nan anggun. Situasi rumah tenang, dikelilingi semerbak wangi bunga melati.

Di beranda rumah, Ayu ditemani pisang goreng dan secangkir teh hangat. Sementara itu, Hasan dan Husein sedang asyik bermain. Lantas kejar-kejaran mengelilingi rumah neneknya. Tanpa merengek pada mamanya, mereka membuat mainan sendiri. Barang-barang bekas disekitar rumah dikumpulkan. Melihat kedua putranya yang lucu dan pintar, Ayu senang sekali.

Kebahagiaan dari wajah Ayu, nampak mulai merekah. Ia mengikuti saran dari pembuat herbal SRIAJI. Selepas sholat subuh Ayu menyempatkan diri berolah raga. Sikap ramahnya tidak lekang oleh waktu. Permasalahan yang dihadapi, membuatnya makin dewasa dan bijak. Ia tidak ingin membuka luka lama. Semua kenangan bersama Andre telah ia kubur dalam-dalam. Saat ini yang ada dalam kehidupannya hanya kedua belah hatinya.

Gumpalan awan putih menggantung di langit, membuyarkan lamunannya. Sementara cuaca masih terasa dingin. Anak-anak lelap dalam istirahatnya. Mereka terlalu capek belajar hingga sore hari. Ayu bergegas ke dapur. Ia mengambil sebungkus herbal yang telah dibelinya. Ia menakar dengan empat sendok makan. Kemudian menambahkan dengan 1,5 air. Ayu merebusnya hingga mendidih. Beberapa saat kompor di matikan.

Mulutnya sudah dipenuhi dengan jamur. Lidahnya serasa tebal dan berwarna putih. Di bawah lidah ada luka-luka kecil. Sungguh tidak nikmat sekali disaat makan. Hasrat makan ada namun tinggal impian. Minum saja sakit apalagi makan. Sungguh luar biasa sakit yang dirasakan. Tak dapat dimungkiri jika badannya makin kurus. Hanya bubur yang dapat masuk.

Senyampang masih hangat. Ayu mengambil secangkir rebusan jamu. Ia ingin segera dapat makan seperti dulu lagi. Berkali-kali ia berkumur dan mendiamkannya di dalam mulutnya. Setelah beberapa saat baru dibuang. Baru ia mengambil segelas dan meminumnya.

Perubahan fisik yang dialami, membuat Ayu makin yakin akan kesembuhannya. Jamur mulut yang menghiasi lidahnya mulai menipis. Sedikit demi sedikit lidahnya dapat merasakan sakit. Makanan dan minuman yang masuk ke mulut mulai berasa. Ia selalu mengingat pantangan yang tidak boleh dimakan. Saos dan susu yang benar-benar harus dijauhi. Sepertinya sepele keduanya namun sangat berdampak. Tak jarang dari mereka yang dapat tertolong, setelah konsumsi itu.

Hampir seluruh ODHA bermasalah dengan saluran pencernaan. Jika sudah parah, apa yang dimakan dan yang keluar sama. Usus dan lambung sudah tidak lagi dapat memproses dengan baik. Selanjutnya kekebalan tubuh makin melemah. Apalagi pikirannya stres, maka makin memperparah kondisinya.

Tubuh berbalut kulit yang kering, awalnya susah berkeringat. Pori-pori kulit tertutup oleh kotoran. Lambat laun sumbatan itu mulai membuka. Setiap beraktivitas, tubuhnya sudah mulai mengeluarkan keringat. Di awal saat berkeringat kulitnya terasa gatal. Akan tetapi hanya berkisar dua sampai lima hari. Selain itu bagian lengan dan kaki akan muncul bintik-bintik merah. Itupun saat proses mengeluarkan racun dalam tubuh. Memang pada bulan pertama sampai ketiga proses itu akan terjadi. Reaksi yang ditimbulkan juga berbeda. Hingga pada akhirnya benar-benar bersih dari virus.

Semangat hidup Ayu sungguh luar biasa. Hati serta pikirannya, sudah mulai terkontrol dengan baik. Setiap bulan berat badannya selalu mengalami kenaikan. Teman-teman Ayu sekarang mulai merespon kehadirannya. Sebelumnya Ayu menjauh dari mereka. Ia benar-benar minder dan takut penyakitnya diketahui orang lain.

Semenjak sakit Ayu telah menghabiskan banyak uang. Tabungannya mulai menipis. Ia mulai memikirkan kehidupan Hasan dan Husein. Berbekal uang yang dimilikinya, ia membuka usaha. Di pagi buta, selepas menunaikan kewajibannya ia pergi ke pasar. Ayu membeli sayuran untuk dijual kembali. Di depan rumahnya ia menjajakan dagangannya. Ibu-ibu di sekitarnya telah menjadi pelanggan setia. Meski keuntungan yang didapat tidak banyak, namun cukup untuk makan. Ayu tidak mau bergantung pada kedua orang tuanya. Selain berjualan sayur di pagi hari, ia juga jualan on line. Ayu ikut memasarkan barang teman-temannya.

Kesibukannya telah membunuh pikiran negatif yang selalu menghantuinya. Ayu sudah dapat membuang jauh-jauh kenangan bersama suaminya. Menjauhkan rasa tidak nyaman dan berprasangka. Rasa dendam yang yang terpendam mulai dilupakan. Tidak jarang setiap sepertiga malam ia selalu menulis di buku hariannya.

“Aku akan hidup bersama anak-anakku. Aku telah dapat melupakan kenangan bersamamu. Memang ini semua adalah cobaan dari-NYA. Tak akan ada yang mampu menghalangi jika Allah sudah berkehendak. Aku tidak akan melawan takdirku. Aku bertemu denganmu rasanya seperti mimpi. Dan kini aku telah terbangun dan sadar. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku yang kedua kalinya. Biarkan aku hidup bersama juniormu. Aku sudah menganggapmu tiada. Namun aku masih dapat merawat.” Renungan pada buku harian yang ditunjukkan padaku.

Waktu bergulir dengan cepat. Kondisi Ayu semakin membaik. Tubuhnya kembali padat berisi. Ia sangat bersyukur atas kehidupan barunya. Perasaan minder serta takut lambat laun menghilang. Sakit yang dialaminya, telah memberikan banyak pelajaran barharga. Selain itu, kedua putranya juga bagian dari penyemangat hidupnya. Selama ia sakit Hasan dan Husein selalu mendampinginya. Mereka memahami jika ibunya sedang sakit. Melihat kepedulian anak-anaknya Ayu hanya dapat menangis. Dalam hatinya ia ingin segera sembuh. Sehingga anak-anaknya tidak menderita karenanya.

Tak terasa Ayu telah mengenalku selama setahun. Selama itu pula ia selalu mengabari keadaannya. Seminggu sekali ia selalu memberi kabar padaku. Dapat dipastikan, dia menelponku setiap hari Sabtu malam selepas sholat isya’. Dalam bincang kami, dia bilang jika kondisinya sudah seperti sebelum sakit. Setiap perubahan ia selalu menceritakannya. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu datang juga. Ayu pergi ke rumah sakit swasta di daerahnya. Pikirannya tak menentu kala memasuki ruang periksa. Ia seakan teringat dengan masa lalunya.

Pemeriksaan dijalaninya dengan lancar. Dokter memeriksa Ayu dengan seksama. Hingga dia disuruh tes darah lengkap. Semua prosedur ia lampaui. Di luar terdengar suara petir dan langit mulai mendung. Secara fisik dia terlihat sudah seperti orang normal lainnya. Kepastian hasil tes yang akan membuktikan kesembuhan dirinya. Berjam-jam ia harus mengantre. Kecemasan dalam hatinya nampak di wajah Ayu. Ia hanya duduk sambil berdoa. Tubuhnya tak kuasa menahan beban hatinya.

Tidak seperti pada hari-hari biasanya. Ruang tunggu terkesan sangat sunyi. Para petugas serta keluarga pasien pergi ke masjid terdekat. Mereka akan melaksanaan shalat Jum’at. Aktivitas tertunda beberapa saat. Hati Ayu semakin berkecamuk.

Cukup lama ia harus menunggu hasilnya. Lagi-lagi ia diuji kesabarannya. Tak lama berselang, tibalah giliran Ayu dipanggil petugas. Ia beranjak dari tempat duduknya. Pada saku celananya, ia temukan dua buah permen. Dengan segera ia buka serta mengemut permen tersebut. Seperti itulah cara dia mengurangi kegelisahan hatinya.

Jantung Ayu berdetak kencang. Saat dia melihat seorang dokter membawa lembaran hasil tes. Ayu teringat selalu tentang kejadian suaminya. Dokter memandangi Ayu dengan cermat. Sebab dia termasuk ODHA yang telah sembuh dari penyakitnya. Tiba-tiba saja Ayu disalami oleh seorang dokter yang masih muda.

“Kenapa saya kok diberi ucapan selamat ya pak.” Tanya Ayu pada sang dokter.

“Gini bu, kertas ini menjukkan bahwa Ibu Ayu telah Non Reaktif. Jawab dokter.

Setelah dokter selesai memberikan penjelasan, ia langsung sujud syukur. Seakan tidak percaya. Jika hasil tes awal Reaktif +++, berubah menjadi Non Reaktuf. hati Ayu menjadi lega. Ia sudah terbebas dari virus itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post