Rini Marina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tindakan Asusila dan Lemahnya Pendidikan Karakter

Tindakan Asusila dan Lemahnya Pendidikan Karakter

Tindakan Asusila dan Lemahnya Pendidikan Karakter

Oleh :

Rini Marina, Guru SMPN 2 Kalitidu, Bojonegoro

Masih segar dalam ingatan kita kasus yang terjadi pada Yuyun, pelajar yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan. Lagi-lagi hal serupa terjadi di dunia pendidikan. Pelajar SMP di Madura nekat memperkosa seorang ibu rumah tangga yang tak lain tetangganya sendiri. Ironisnya, pelaku masih di bawah umur dan korbannya berusia jauh lebih tua liputan6.com,29/12/2016). Sungguh memprihatinkan!

Tindakan tidak terpuji yang dilakukan pelaku tersebut telah mencoreng dunia pendidikan. Baik dari dinas pendidikan, nama sekolah, maupun seluruh warga masyarakat yang ada di lingkungannya. Hal ini tentu membuat orang tua serta guru berpikir dan bekerja lebih keras lagi. Meskipun pelaku adalah seorang pelajar, tindakan asusila yang telah ia lakukan jelas tidak dapat ditoleransi. Apalagi, kejahatan seks termasuk kejahatan luar biasa.

Orang tua dan guru merupakan pelopor penanaman karakter bagi anak-anak. Pembentuk karakter utama adalah lingkungan keluarga. Karena itu, orang tua wajib memberikan teladan baik sejak dini. Yang tidak kalah penting adalah penanaman pendidikan agama mulai dari lingkungan keluarga.

Secara terminologi, karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi antara pernyataan dan tindakan. Jadi, karakter yang sudah terbentuk akan mempengaruhi segala perilakunya Yahya Khan (2010:1).

Menanamkan karakter (akhlak) mulia sudah semestinya tidak sekedar ucapan dan slogan belaka. Namun, pencerminan perilaku harus sesuai dengan norma agama dan sosial. Pendidikan karakter sendiri telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 pasal3. Isinya, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hadirnya pendidikan karakter diharapakan dapat mewarnai kepribadian peserta didik, baik di linmgkungan sekolah maupun masyarakat. Inti dari pendidikan karakter adalah membentuk karakter peserta didik. UU Nomor 19 Tahun 2005 pasal 4 sendiri telah menegaskan bahwa karakter atau akhlak yang mulia dapat mewujudkan peradaban bangsa yang bermartabat.

Pendidikan karakter juga merupakan bagian dari jenis pendidikan budaya dan nilai-nilai agama. Pendidikan budaya memuat nilai-nilai karakter sehat, berilmu dan terampil, mandiri, kreatif, demokratis dan tanggung jawab. Adapun pendidikan karakter, berdasarkan pada nilai-nilai agama, meliputi karakter beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

Karena itulah, penanaman nilai-nilai karakter sangat dibutuhkan sejak anak-anak usia dini sampai dewasa. Pendidikan di negeri ini dapat berhasil, jika kedua unsur tersebut dapat sejalan dengan baik.

Menanamkan sikap, sesuai karakter yang diharapkan, sebenarnya tidaklah sulit. Seperti halnya yang penulis lakukan sehari-hari. Berbagai masalah yang dihadapi peserta didikmembuat penulis berpikir dan membaca banyak referensi sebagai sarana untuk memperoleh solusi yang tepat.

Pada dasarnya, setiap anak adalah pandai dan baik. Lantas, mengapa mereka berubah drastis dan tanpa berpikir panjang menjadikan dirinya rusak? Pemicu perubahan sikap terjadi karena faktor keluarga, teman serta kondisi yang tidak nyaman. Data diperoleh dari rubrik penilaian diri sendiri, yang penulis buat dan diisi oleh siswa.

Penulis mengumpulkan catatan dari berbagai guru pengampu. Mereka menuliskan semua kenakalan siswa. Nakal kategori siswa misalnya adalah tidak mengerjakan tugas, PR, ataupun tidak mengikuti perintah yang diinstruksikan guru. Selanjutnya nakal karena melanggar tata tertib sekolah.

Menghadapi siswa bermasalah atau nakal tidak dapat dilakukan dengan kekerasan. Kekerasan tidak hanya berupa fisik saja. Termasuk ucapan keras, kurang mendidik ataupun mengeluarkan kata-kata yang kurang tepat.

Menurut Munif Chatib (2013, 142-147), guru wajib menghilangkan pikiran negatif pada siswa. Positive thinking-lah yang seharusnya diberikan atau dilakukan pada anak-anak. Apa pun penilaian dan orang lain katakan. Orang tua dan guru adalah pemimpin bagi anak-anak. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat dijadikan teladan. Sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Fatihah.

Kasih sayang adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Setiap orang mendambakan kasih sayang. Apalagi, kasih sayang itu berasal dari orang-orang terdekat. Layaknya anak da orang tua atau siswa pada gurunya. Hati anak akan luluh saat guru mengucapkan kalimat dengan santun. Berbeda sekali jikakalimat yang keluar berupa bentakan, perintah bahkan kalimat negatif.

Anak akan dengan mudah meniru. Sebab, guru adalah sosok orang yang disegani, dikagumi, dan dihormati. Betapa kecewanya hati anak tatkala anak tidak mendapatkan yang diinginkan. Kasih sayang tidak menjadikan pribadi hina.

Orang tua atau guru adalah orang yang sangat terhormat bagi anak. Meskipun memiliki otoritas terhadap anak, mereka tidak boleh semena-mena. Dengan kekuasaan yang dimiliki, justru kondisi tersebut dapat memberikan perlindungan. Kekuatannya digunakan untuk mengajak anak lebih berkreasi.

Di setiap pembelajaran pasti ada saja anak bermasalah. Dengan penuh kesabaran, sifat penolong akan lahir. Di sinilah guru dituntut untuk membimbing sampai anak memahaminya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada guru yang akan menjerumuskan anak didiknya. Guru akan selalu memberikan arahan yang benar dalam mengajarkan ilmunya. Tentu tidak akan memberikan penjelasan yang salah. Apa jadinya jika pendidik memberikan ilmu yang salah? Tentu akan menanggung resiko yang luar biasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post